Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja mata uang Garuda terdepresiasi menyentuh level terlemahnya dalam lebih dari dua tahun, di tengah depresiasi mata uang Asia terhadap dolar AS.
Rupiah ditutup melemah 0,41% atau 56 poin ke level Rp13.816 per dolar AS, level terendahnya sejak berakhir menyentuh posisi 13.778 pada 29 Januari 2016.
Pagi tadi rupiah dibuka stagnan di posisi Rp13.760 per dolar AS, setelah berakhir menguat 0,12% atau 16 poin pada perdagangan Rabu (7/3/2018). Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.759 – Rp13.816 per dolar AS.
Menurut Andy Ji, pakar strategi mata uang Asia di Commonwealth Bank of Australia, pergerakan rupiah terhadap dolar AS saat ini didorong oleh kondisi minat terhadap aset berisiko global, dengan beberapa pendorong domestik di Indonesia.
Rupiah kemungkinan akan menguji ulang level kunci 14.000 dalam waktu dekat, ketika tarif yang ditetapkan Presiden Donald Trump diumumkan terhadap China.
Rupiah memimpin pelemahan mata uang di Asia sore ini, diikuti rupee India sebesar 0,27% dan peso Filipina yang terdepresiasi 0,26%.
Baca Juga
Dilansir Bloomberg, mata uang emerging market di Asia terdepresiasi setelah China menyatakan akan merespons upaya apapun yang memicu perang dagang.
“Faktor penekan masih fokus pada tensi perdagangan dan potensi eskalasi,” ujar Sim Moh Siong, currency strategist di Bank of Singapore.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau menguat 0,12% atau 0,109 poin ke level 89,746 pada pukul 16.46 WIB.
Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,055 poin atau 0,06% di level 89,582, setelah pada perdagangan Rabu (7/3) berakhir di zona hijau dengan kenaikan 0,02% atau 0,019 poin di posisi 89,637.
Indeks dolar AS bergerak stabil ditopang sentimen data pasar tenaga kerja yang positif serta wacana Gedung Putih mengenai pengecualian sejumlah negara dari rencana pengenaan tarif impor baja dan aluminium oleh Presiden Donald Trump.
Pasar finansial terlihat lebih tenang, dengan bursa Wall Street mengikis pelemahannya dalam semalam, setelah Gedung Putih memberi pernyataan yang mendorong kemungkinan pembebasan tarif impor.
Turut mendukung pergerakan dolar AS adalah rilis data kepegawaian swasta domestik dan biaya tenaga kerja pada Rabu (7/3) yang memperkuat pandangan kekuatan ekonomi AS.
Tercatat, data ADP Nonfarm periode Februari mengalami pertumbuhan sebesar 235.000. Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan pasar sebanyak 195.000. Laporan ini memberi ekspektasi bahwa data resmi NFP yang akan dirilis esok hari akan tumbuh solid juga.