Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan sejumlah indeks saham acuan Amerika Serikat (AS) di bursa Wall Street berakhir variatif pada perdagangan Rabu (7/3/2018), setelah sempat mengalami sesi yang volatil saat investor berupaya mencermati kebijakan perdagangan pemerintahan Presiden Donald Trump.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,33% atau 82,76 poin di level 24.801,36, indeks S&P 500 turun tipis 0,05% atau 1,32 poin di 2.726,8, dan indeks Nasdaq Composite berakhir positif dengan kenaikan 0,33% atau 24,64 poin di level 7.396,65.
Pada Kamis (1/3), pemerintahan Trump mengumumkan rencana kebijakannya memberlakukan tarif sebesar 25% untuk impor baja dan 10% terhadap impor aluminium.
Kekhawatiran tentang potensi perang dagang semakin meningkat setelah Gary Cohn, yang menentang rencana tarif impor dan mendukung perdagangan bebas, mengundurkan diri dari jabatannya sebagai penasihat ekonomi utama Trump pada Selasa (6/3).
Namun pada Rabu (7/3) waktu setempat, juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, menyatakan Trump diperkirakan akan menandatangani sesuatu pada akhir pekan ini, dengan potensi mengecualikan Meksiko dan Kanada dari pemberlakuan tarif tersebut atas dasar keamanan nasional.
Selain Meksiko dan Kanada, Sanders menyebutkan kemungkinan pembebasan tarif terhadap negara-negara lain. Indeks S&P pun mampu meraih sedikit kenaikan setelah Gedung Putih menambahkan pengecualian terhadap rencana pemberlakuan tarif impor tersebut.
Baca Juga
“Pernyataan itu membuat investor tidak terlalu khawatir bahwa tarifnya tidak diterapkan secara luas. Tetap saja itu adalah spekulasi, tidak ada yang tertulis. Jika ada satu hal yang bisa kita pelajari dari pemerintahan ini adalah hal itu bisa berubah secara tertulis,” ujar Janna Sampson, co-chief investment officer di OakBrook Investments LLC., seperti dikutip Reuters.
Sementara itu, pergerakan Dow Jones sebagian terbebani oleh pelemahan saham produsen seperti Caterpillar, yang turun 1,5%, dan Boeing, yang berakhir 0,5% lebih rendah.
Kedua saham tersebut telah tertekan sejak rencana tarif impor diumumkan pertama kali pekan lalu, seiring dengan potensi harga logam yang lebih tinggi dan pembalasan yang dilancarkan negara-negara yang menjual produk-produknya.