Bisnis.com, JAKARTA – Emiten distribusi pulsa dan gawai PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk. mempertimbangkan untuk memiliki sendiri perusahaan peer-to-peer lending berbasis teknologi finansial atau tekfin, melalui aksi akuisisi.
Dengan memiliki perusahaan tekfin sendiri, emiten dengan kode saham MKNT tersebut ingin mempermudah pinjaman pada ratus ribuan mitra yang selama ini kerap kesulitan saat membutuhkan dana untuk menyetok pulsa
Direktur Utama PT Mitra Komunikasi NusantaraTbk. Jefri Junaedi mengungkapkan, perusahaan mempertimbangkan untuk mengakuisisi perusahaan tekfin, namun penjajakan baru memasuki tahap awal.
“Kami masih pelajari dulu, belum tau bisa kapan [akuisisi]. Masih dipertimbangkan dulu bentukannya apakah mau kami ambil sebagai anak perusahaam atau mitra. Bentuknya belum clear,” ungkap Jefri di Jakarta Rabu (7/3/2018).
Jefri menjelaskan perusahaan ingin fokus mengembangkan bisnis pulsa, dengan target penjualan pada tahun ini dapat mencapai Rp10 triliun dari tahun lalu sekitar Rp6,2 triliun. Sebesar 98% pendapatan perusahaan berasal dari penjualan pulsa.
Kendati demikian, para mitra penyalur pulsa MKNT kerap berada dalam posisi sulit sehingga menunda melakukan pembelian pulsa. Kondisi ini berlangsung cukup lama sehingga perusahaan mempertimbangkan memiliki sendiri tekfin.
Baca Juga
“Selama ini mitra harus mencari sendiri pinjaman. Kalau ada tekfin, kita bisa memberi pinjaman langsung. Yang jelas bunganya akan kompetitif,” ungkap Jefri. Menurutnya, perusahaan mempertimbangkan dana rights issue untuk dapat mengakuisisi tekfin.
Adapun, belum lama ini MKNT menjajaki kerja sama dengan pengembang aplikasi KIMO yang dapat menyediakan peer to peer lending sehingga mitra MKNT dapat mengakses pembiayaan senilai Rp500.000—Rp5 juta.
Pada kuartal III tahun ini, perseroan menargetkan dapat menempuh rights issue dengan menerbitkan 1 miliar lembar saham dan 1 miliar waran dengan target perolehan dana Rp600 miliar.
Jefri menyampaikan perseroan mempertimbangkan kas para pemegang saham kendali untuk dapat menyerap saham right issue tersebut, dalam hal ini PT Monjess Investama yang saat ini menguasai 51% saham perusahaan.
Diskusi dengan pemegang saham utama masih dalam proses. Perseroan belum dapat memastikan apakah saham tersebut akan langsung diserap Monjess atau Monjess akan menggandeng pihak lain untuk menjadi standby buyer.