Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu mempertahankan reboundnya hingga akhir sesi I perdagangan hari ini, Selasa (6/3/2018).
IHSG turun 0,09% atau 5,99 poin ke level 6.544,60 di akhir sesi I, setelah dibuka dengan rebound 0,41% atau 26,59 poin di level 6.577,18. Adapun pada perdagangan Senin (5/3), IHSG berakhir melemah 0,48% di level 6.550,59, pelemahan di hari kedua berturut-turut.
Sepanjang perdagangan hari ini IHSG bergerak pada kisaran 6.542,67 - 6.589,72. Sebanyak 186 saham menguat, 150 saham melemah, dan 236 saham stagnan dari 572 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Lima dari sembilan indeks sektoral IHSG bergerak negatif dengan tekanan utama sektor finansial (-0,40%) dan konsumer (-0,28%). Adapun sektor tambang yang naik 0,46% memimpin penguatan empat sektor lainnya.
Menurut tim riset Reliance Sekuritas, IHSG berpeluang melanjutkan koreksinya pada perdagangan hari ini. Dipaparkan, secara teknikal pergerakan IHSG kemarin cenderung bearish dengan kembali break out MA20 setelah terkonsolidasi pada level tersebut.
Indikasi momentum pada pergerakan indikator RSI mengarah pada momentum bearish dengan tekanan menuju area oversold dan pergerakan Indikator Stochastic yang terkonsolidasi negatif.
“Sehingga peluang terkoreksi lebih lanjut cukup terbuka dengan rentang pergerakan 6.510-6.590,” tulisnya dalam riset.
Di sisi lain, mayoritas indeks saham lainnya di Asia Tenggara terpantau menguat siang ini, dengan indeks FTSE Straits Time Singapura (+1,18%), indeks SE Thailand (+0,43%), dan indeks FTSE Malay KLCI (+0,32%). Adapun indeks PSEi Filipina turun 0,46%.
Secara keseluruhan bursa Asia menguat mengikuti penguatan pada bursa AS seiring dengan meredanya kekhawatiran mengenai rencana penerapan tarif impor oleh Presiden Donald Trump.
“Pelaku pasar menyadari potensi perang dagang yang tidak memiliki dukungan konsensus, dan prospek yang baik semalam di AS mendorong aset berisiko global lebih tinggi,” ujar Joshua Crabb, kepala ekuitas di Old Mutual Global Investors di Hong Kong, seperti dikutip Bloomberg.