Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga minyak mentah dunia berakhir melemah pada perdagangan Kamis (1/3/2018), di tengah aksi jual dalam pasar ekuitas serta tumbuhnya kekhawatiran tentang peningkatan produksi minyak mentah di Amerika Serikat (AS).
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2018 berakhir melemah 65 sen di US$60,99 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 18% di atas rata-rata 100 hari.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Mei 2018 berakhir melemah 90 sen di US$63,83 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London pada perdagangan kemarin.
Dilansir Bloomberg, pasar saham merosot setelah Presiden Donald Trump menyatakan akan mengenakan tarif terhadap impor baja dan aluminium demi melindungi kepentingan nasional.
Rencana pengenaan tarif tersebut dapat menaikkan biaya pipa minyak baru pada saat jumlah stok minyak mentah dalam negeri membengkak dan pengebor meningkatkan produksi.
“Anda mulai melihat kekhawatiran merayap tentang efek kemungkinan kita akan memberlakukan lebih banyak tarif serta kemudian apa yang bisa dilakukannya untuk perdagangan dan ekonomi global,” kata Gene McGillian, seorang manajer riset pasar di Tradition Energy.
“Meningkatnya produksi minyak mentah AS telah membangkitkan kembali kekhawatiran jika kita melihat pertumbuhan yang seharusnya, kita akan melihat jumlah sebesar 11 juta barel per hari pada akhir tahun ini,” lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.
Jumlah persediaan minyak mentah di AS naik selama empat dari lima pekan, menurut data Energy Information Administration pada Rabu (28/2). Pasokan bensin juga berekspansi dan produksi minyak mentah terus berlanjut di atas 10 juta barel per hari, meningkat selama enam dari tujuh minggu.
Harga minyak acuan AS, West Texas Intermediate, telah turun sejak mendekati US$67 per barel pada akhir Januari di tengah kegelisahan yang meningkat tentang lonjakan produksi Amerika.
Analis dan pedagang bersikap bearish terhadap minyak mentah WTI, menurut survei Bloomberg. Output minyak shale yang meningkat berlawanan dengan upaya Organisasi Pengekspor Minyak Negara (OPEC) dan aliansinya untuk memangkas kelebihan suplai global.
Goldman Sachs Group Inc. mengatakan aksi jual terakhir sebagian besar didorong oleh industri perdagangan komoditi yang mengikuti tren serta menentukan keputusan atas sinyal grafik teknis alih-alih fundamental penawaran dan permintaan.