Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Umumkan Rencana Tarif Impor Baja dan Aluminium, Wall Street Kian Lesu

Pelemahan bursa Wall Street berlanjut pada akhir perdagangan Kamis (1/3/2018), dengan Dow Jones dan S&P 500 kembali mencatat penurunan lebih dari satu persen di hari ketiga berturut-turut.
Bursa saham AS/Reuters
Bursa saham AS/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan bursa Wall Street berlanjut pada akhir perdagangan Kamis (1/3/2018), dengan Dow Jones dan S&P 500 kembali mencatat penurunan lebih dari satu persen di hari ketiga berturut-turut.

Wall Street kali ini melemah setelah Presiden Donald Trump menyatakan Amerika Serikat (AS) akan mengenakan tarif impor untuk baja dan aluminium, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang harga yang lebih tinggi dan perang dagang.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup merosot 1,68% atau 420,22 poin di level 24.608,98, indeks S&P 500 melorot 1,33% atau 36,16 poin di 2.677,67, dan indeks Nasdaq Composite berakhir melemah 1,27% atau 92,45 poin di level 7.180,56.

Penurunan tersebut menempatkan Dow ke wilayah negatif untuk tahun ini serta mendorong indeks Cboe Volatility ke level penutupan tertinggi sejak 13 Februari. Hal ini mengurangi upaya pemulihan pasar dari penurunan yang besar pada awal Februari.

Saham produsen mobil dan konsumen besar lainnya untuk baja dan aluminium menambah penurunan mereka setelah Trump menyatakan AS akan mengenakan tarif sebesar 25% untuk impor baja dan 10% terhadap impor aluminium pekan depan.

Di sisi lain, saham perusahaan baja dan aluminium AS melonjak. Saham General Motors Co. turun 4%, sedangkan Ford Motor Co. turun 3%. Saham US Steel naik 5,7%.

Industri kelas berat seperti Boeing dan Caterpillar juga turun seiring dengan kekhawatiran investor dengan kenaikan biaya bahan baku dan hambatan perdagangan di tempat lain. Saham Boeing turun 3,5% dan Caterpillar turun 2,8%.

“Selalu ada kekhawatiran tentang respon balik terhadap hal ini. Yang mendasari semua masalah perdagangan di sini, ketika Anda melihat perang dagang, lagi-lagi adalah inflasi, karena mungkin harga akan lebih tinggi,” kata Chuck Carlson, chief executive officer at Horizon Investment Service, seperti dikutip Reuters.

Kenaikan inflasi dan imbal hasil obligasi menjadi perhatian utama setelah Wall Street mengakhiri Februari yang bergejolak pada Rabu, dengan indeks Dow Jones dan S&P 500 membukukan bulan terburuknya sejak Januari 2016.

Sebagian besar saham telah diperdagangkan lebih rendah sebelum pengumuman tarif oleh Trump.

Dalam menyampaikan testimoni keduanya di depan Komite Perbankan Senat AS pada Kamis (1/3), Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell mencoba meredakan pernyataan pertama yang dia buat pada hari Selasa (27/2).

Komentarnya di depan panel DPR AS pada Selasa menimbulkan kekhawatiran tentang potensi kenaikan suku bunga sebanyak empat kali tahun ini. Namun Presiden Fed wilayah New York William Dudley, yang berbicara di Sao Paulo, Brasil, menyatakan penaikan suku bunga empat kali akan dilakukan secara bertahap.

Meski demikian menurut para investor, isu tariflah yang mendorong pasar dalam aksi jualnya pada perdagangan kemarin.

“Risiko untuk menerapkan tarif ini adalah bahwa ini akan mengundang respon balik dari mitra dagang kami dan khususnya China,” kata Mark Luschini, kepala strategi investasi di Janney Montgomery Scott di Philadelphia.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper