Bisnis.com, JAKARTA - Minyak mentah melonjak ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir pada perdagangan Kamis (22/2/2018) karena cadangan minyak AS secara tak terduga menyusut dan ekspor melonjak, menghilangkan kekhawatiran bahwa lonjakan output shale akan membuat negara ini kehabisan minyak mentah.
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman April menguat 1,8% atau 1,09 poin ke posisi US$62,77 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 6% di bawah rata-rata 100 hari terakhir.
Brent untuk kontrak April naik 0,97 poin dan ditutup pada US$66,39 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Patokan minyak global ini diperdagangkan lebih mahal US$3,62 dibanding WTI pada bulan yang sama.
Dilansir Bloomberg, WTI menguat setelah laporan Energy Information Administration menunjukkan stok minyak mentah turun 1,62 juta barel pekan lalu, yang merupakan penurunan terbesar dalam lima pekan terakhir. Angka ini berbanding terbalik dengan survei Bloomberg sebelumnya yang memperkirakan penurunan 2,9 juta barel.
Pada saat yang sama, pasokan minyak mentah dari fasilitas penyimpanan di Cushing, Oklahoma, ke kapal tanker di Gulf Coast membuat ekspor melonjak 55% menjadi 2 juta barel per hari, terbesar sejak Oktober.
"Angka persediaan lebih baik dari perkiraan," ungkap Craig Bethune, manajer portofolio senior Manulife Asset Management, seperti dikutip Bloomberg.
"Pasar khawatir dengan kenaikan produksi AS, jadi selama masih ada laporan persediaan yang sehat, hal ini akan membantu mengurangi beberapa kekhawatiran," lanjutnya.
Sementara itu, pemotongan output dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak IOPEC) menekan pasokan global. Pengiriman OPEC diperkirakan turun 300.000 barel per hari dalam empat pekan ke depan, menurut data Oil Movements.