Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Turun Lebih dari 1% di Awal Dagang

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung merosot lebih dari satu persen terlempar ke kisaran level 6.500 pada awal perdagangan pertama pekan ini, Senin (5/2/2018).
Karyawan beraktivitas di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/1)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Karyawan beraktivitas di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/1)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung merosot lebih dari satu persen terlempar ke kisaran level 6.500 pada awal perdagangan pertama pekan ini, Senin (5/2/2018).

IHSG hari ini dibuka dengan pelemahan 1,09% atau 72,14 poin di level 6.556,68 dan merosot 1,42% atau 94,43 poin ke level 6.534,39 pada pukul 09.06 WIB.

Padahal pada perdagangan Jumat (2/2), IHSG mampu berakhir di zona hijau dengan penguatan 0,46% atau 30,36 poin di posisi 6.628,82.

Sebanyak 42 saham bergerak melemah dan 529 saham stagnan dari 571 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pagi ini.

Seluruh sembilan indeks sektoral IHSG bergerak negatif dengan tekanan utama sektor properti (-2,07%), industri dasar (-2,03%), dan tambang (-1,77%).

Sejalan dengan IHSG, pergerakan indeks Bisnis27 melorot 1,50% atau 8,96 poin ke 587,76 pada pukul 09.07 WIB, setelah dibuka dengan pelemahan 1,48% atau 8,84 poin di posisi 587,88.

Indeks saham lainnya di Asia Tenggara terpantau juga memerah pagi ini, dengan indeks FTSE Straits Time Singapura (-1,41%), indeks FTSE KLCI Malaysia (-1,11%), dan indeks PSEi Filipina (-2,57%).

Mega Capital Sekuritas memprediksi IHSG akan bergerak cenderung melemah hari ini di kisaran level 6.580 – 6.680, mengikuti pelemahan bursa regional melemah.

Dilansir Reuters, bursa saham Asia melemah pada perdagangan pagi ini, di tengah kekhawatiran inflasi yang kembali menekan obligasi serta memicu spekulasi bahwa bank sentral global mungkin lebih agresif melakukan pengetatan kebijakan.

Investor mengkhawatirkan dengan data nonfarm payrolls AS pada hari Jumat (2/2) yang menunjukkan upah tumbuh pada laju tercepat dalam lebih dari 8,5 tahun terakhir dan memicu ekspektasi inflasi.

Pasar berjangka pun bereaksi dengan harga memperkirakan tiga atau bahkan lebih kenaikan suku bunga Federal Reserve tahun ini.

"Data tersebut akan menambah panas perdebatan mengenai apakah The Fed berada di belakang kurva. Ini akan meningkatkan peluang titik median Fed bergeser hingga empat kali kenaikan suku bunga pada 2018," ungkap analis makro Deutsche Bank, Alan Ruskin, seperti dari dikutip Reuters.

Hal ini akan menjadi sentiment negatif bagi pasar negara berkembang, kata Ruskin. Baik dolar Australia dan Selandia Baru turun tajam seiring dengan rilis data tenaga kerja, bersama dengan sejumlah mata uang Asia lainnya.

Saham-saham yang melemah pada awal perdagangan:

BBRI

-2,41%

UNVR

-1,95%

ASII

-2,30%

HMSP

-1,04%

Sumber: Bloomberg

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro