Bisnis.com, JAKARTA--Emiten pertambangan PT Toba Bara Sejahtra Tbk., (TOBA) mendapatkan izin dari pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk menerbitkan global bond senilai US$250 juta atau sekitar Rp3,38 triliun.
Dalam RUPSLB Rabu (31/1/2018), ada tiga agenda yang dibahas. Pertama, persetujuan rencana penerbitan surat utang berdenominasi dolar AS. Kedua, persetujuan atas rencana anak perusahaan untuk memberikan jaminan.
Ketiga, persetujuan pemberian wewenang kepada direksi untuk melakukan transaksi yang dianggap perlu. Head of Investor Relations TOBA Iwan Sanyoto menyampaikan, ketiga mata agenda rapat sudah disetujui pemegang saham.
"Pemegang saham setuju dengan tiga agenda dalam rapat," tuturnya setelah RUPSLB, Rabu (31/1/2018).
Dalam prospektus, disebutkan TOBA akan menerbitkan global bond senilai US$250 juta atau sekitar Rp3,38 triliun. Nilai itu setara dengan 142% ekuitas perseroan sejumlah Rp2,38 triliun.
Global bond itu akan dicatatkan di Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST). Penerbitan dapat dijamin dengan penanggungan perusahaan oleh perseroan dan entitas anak penjamin, dan aset perseroan dan/atau entitas anak penjamin, jika diperlukan.
Jatuh tempo pembayaran notes ialah 5 tahun sejak penerbitan, yakni pada 2023 atau jangka waktu lain yang disepakati para pihak. Artinya, global bonds kemungkinan akan diluncurkan tahun ini. Tingkat bunga dipatok maksimal 10% per tahun.
Salah satu tujuan penggunaan hasil penerbitan global bond ialah mengurangi utang perseroan kepada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Jumlah pagu pinjaman ialah US$50 juta, sedangkan nilai pinjaman yang dibayar US$48,8 juta.
Tingkat suku bunga pinjaman kepada bank bersandi saham BMRI itu ialah LIBOR 3 bulan plus margin sebesar 4% per tahun. Tanggal jatuh tempo pada 2 Mei 2022.
Iwan menyampaikan, selain pembayaran utang, dana hasil penerbitan global bond dialokasikan untuk belanja modal di sektor pembangkit listrik, penambangan batu bara, dan pembelian aset.
"Penggunaan dana mayoritas untuk bayar utang, sisanya untuk ekspansi khususnya di pembangkit tenaga litsrik," ujarnya.
Pada 2018, perusahaan meyiapkan belanja modal lebih besar dibandingkan tahun lalu. Pada 2017, TOBA menganggarkan capek senilai US$65 juta.
Toba Bara Sejahtra memiliki sejumlah proyek pembangkit listrik di Gorontalo Utara dan Minahasa, Sulawesi Utara. Proyek Gorontalo memiliki kapasitas 2x50 mega watt, masa kontrak 25 tahun dengan nilai proyek US$210 juta-US$220 juta.
Proyek itu telah mengantongi izin prinsip, persetujuan tarif, melakukan pembebasan lahan, penandatanganan kontrak EPC (rekayasa, pengadaan dan konstruksi) dan perjanjian pembiayaan. Proses konstruksi diharapkan dapat dilakukan pada 2018-2019, sedangkan proses Commisioning dapat dilaksanakan pada 2020.
Adapun, proyek pembangkit listrik Minahasa Utara memiliki kapasitas net 2x50 MW dengan masa kontrak 35 tahun. Tanggal operasi komersial ditargetkan 33 bulan setelah commencement of work. Nilai proyek itu ditaksir mencapai US$205 juta-US$215 juta.
Iwan menambahkan, pada 2018 perusahaan menargetkan jumlah produksi batu bara yang hampir mirip seperti pencapaian tahun lalu, yakni sekitar 5 juta-6 juta ton.