Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang pound sterling mengalami periode bullish seiring dengan tumbuhnya perekonomian Inggris dan prospek indeks dolar Amerika Serikat yang rentan tertekan. Diproyeksi, mata uang tertua di dunia itu bergerak di kisaran 1,3200 – 1,4700 per dolar AS pada tahun ini.
Tercatat, indeks dolar yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sekelompok mata uang utama dunia merosot 0,324 poin atau 0,36% menjadi 89,067, level terendah selama kurun 3 tahun terakhir. Secara year to date (ytd), indeks dolar AS melemah 3,32%.
Neil Jones, analis Mizuho Bank Ltd. menuturkan, melemahnya dolar secara umum tetap utuh kendati sebelumnya Presiden AS Donald Trump menyatakan dirinya mengharapkan pergerakan dolar yang lebih kuat, sehari setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengaku nyaman dengan penurunan indeks dolar AS.
Dolar AS yang melemah berimbas pada perdagangan pasar London dengan memberi keuntungan pada pound sterling.
Sementara itu, Lee Hardman, analis mata uang di MUFG selaku perusahaan global layanan jasa finansial, mengatakan melemahnya dolar AS telah memperkuat momentum bullish pound sterling baru–baru ini di samping perekonomian yang tumbuh.
“Ini memberikan konfirmasi lebih lanjut bahwa ekonomi Inggris terus tampil lebih baik dari perkiraan, menyusul referendum Brexit. Bahkan ada tanda–tanda yang menggembirakan bahwa momentum pertumbuhan bisa diperkuat,” kata Hardman.
Pada penutupan perdagangan Jumat (26/1), harga pound sterling (GBP) naik 0,0018 poin atau 0,13% menuju 1,4160 per dolar AS. Sepanjang tahun berjalan, pound sterling menguat 4,79%.
Malam harinya, Official for National Statistic melaporkan, data Produk Domestik Bruto Inggris mengalami pertumbuhan 0,5% dalam tiga bulan yang berakhir pada Desember 2017. Angka itu lebih tinggi dari perkiraan para ekonom sebesar 0,4% dalam survei Bloomberg.
Adapun pertumbuhan PDB per tahun tercatat 1,5%, lebih tinggi dari 1,4% yang diproyeksikan oleh analis. Secara keseluruhan di 2017, pertumbuhan PDB Inggris mencapai 1,8%, namun turun dari tahun sebelumnya di 1,9% dan menjadi pertumbuhan terendah sejak 2012.
Kendati demikian, pound sterling mampu menguat tipis setelah rilis data ekonomi tersebut, dengan mencatatkan nilai tukar terhadap euro ke 1,1449 yang dibuka di 1,1417. Sementara terhadap dolar AS, pound sterling melonjak 0,77% menjadi 1,4258 per dolar AS setelah dibuka di level 1,4150 per dolar AS.
EFEK PDB
Ekonom Inggris Capital Economics Paul Hollingsworth menuturkan bahwa PDB Inggris bisa saja tumbuh hingga 2% seiring dengan inflasi yang turun, niat investasi tetap kuat, dan ekonomi global yang tumbuh.
Data dari Commodity Futures Trading Commission yang dirilis pada pekan lalu mencatatkan net long position pada pound sterling di mana mencapai level tertinggi sejak Agustus 2015.
Hal itu terjadi seiring dengan investor yang lebih percaya diri bahwa ekonomi Inggris akan bertahan meski Brexit. Posisi pasar selanjutnya bergeser pada kekuatan pound sterling lebih lanjut.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar menuturkan bahwa pound sterling tengah diliputi beragam sentimen positif saat ini, baik sentimen dari internal maupun eksternal.
“Solidnya data ekonomi Inggris dan potensi soft brexit telah memberikan dorongan positif bagi pound sterling,” kata Deddy ketika dihubungi Bisnis, Minggu (28/1/2018).
Menurutnya, potensi soft brexit itu didukung komentar Presiden Prancis Emmanuel Marcon yang menyatakan bahwa Inggris mungkin memiliki solusi sendiri ketika harus negosiasi perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa.
Deddy menambahkan bahwa ekspektasi kenaikan suku bunga Bank of England pada tahun ini juga turut memberikan katalis positif bagi pound sterling di samping juga ditopang oleh melemahnya dolar AS.
Asia Trade Point Futures memproyeksikan pound sterling pada tahun ini bergerak di kisaran level 1,3200 – 1,4700 per dolar AS. Proyeksi harga yang cukup lebar itu ada didorong potensi dolar AS yang menguat akibat kebijakan pajak Trump pada kuartal II/2018 dan transisi gubernur The Federal Reserve.