Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang Inggris pound sterling jatuh terhadap dolar AS dan euro pada Senin (13/11) lantaran investor khawatir terhadap kemampuan Theresa May untuk bertahan sebagai Perdana Menteri Inggris dan mendapatkan sebuah kesepakatan jalan keluar yang bagus dari Uni Eropa.
Tercatat pada penutupan perdagangan Senin (13/11), pound sterling turun 0,57% menjadi US$1,3113 setelah pada perdagangan sebelumnya jatuh ke level US$1,3188 yang merupakan level terendah sejak 6 November 2017. Sementara itu, pound sterling tergelincir sebesar 0,65% ke level 1,1242 per euro.
Dilansir dari Reuters, cetak biru Perdana Menteri Theresa May perihal keluarnya Inggris dari Uni Eropa menghadapi ujian penting yang dimulai pada Selasa ketika anggota parlemen mencoba untuk memenangkan konsesi mengenai undang-undang pemerintah dalam memutuskan hubungan.
Ujian itu muncul setelah Sunday Times melaporkan bahwa 40 anggota parlemen dari Partai Konservatif yang berkuasa setuju untuk menandatangani surat mosi tidak percaya padanya.
“Sepertinya Theresa May terus berjuang di dalam partainya sendiri,” kata Sireen Harajli, ahli strategi valuta asing di Mizuho di New York.
Menurut Harajli, perkara itu hanya menyoroti beberapa kelemahan internal yang dimiliki Partai Konservatif di dalam dirinya sendiri dan akan merusak perundingan Brexit di masa mendatang.
Baca Juga
Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM di London, mengatakan dalam sebuah catatan bahwa aksi harga menunjukkan bahwa sentimen terhadap sterling tetap bearish, meski ada kenaikan suku bunga pada November.
Pada waktu yang sama, tercatat dolar AS naik 0,1% menjadi 94,49, pulih setelah penurunan sebesar 0,6% pada pekan lalu.
Kekhawatiran bahwa pemotongan pajak perusahaan AS yang diusulkan dapat ditunda sampai 2019 telah menekan greenback baru-baru ini, namun dolar AS tetap berada pada posisi menguat menjelang data ekonomi domestik, termasuk angka inflasi dan penjualan ritel yang akan dirilis pada akhir pekan ini.
Adapun saat ini, investor tengah menunggu sebuah konferensi pada Selasa (14/11) dimana bank sentral kemungkinan akan berbagi pemikiran terkait ekonomi global.
Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi, Ketua The Federal Reserve Janet Yelleh, Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda, dan Gubernur Bank of England (BoE) Mark Carney akan membentuk panel pada konferensi yang diadakan oleh ECB di Frankfurt.