Bisnis.com, JAKARTA – PT Mandiri Manajemen Investasi menargetkan kenaikan dana kelolaan atau asset under management (AUM) senilai Rp60 triliun pada tahun ini. Angka tersebut naik sebesar 20% dibandingkan total dana kelolaan pada tahun lalu yakni senilai Rp50 triliun.
“Itu target AUM kami sampai dengan akhir 2018, naik sebesar 20% dibandingkan posisi terakhir pada tahun lalu,” kata Direktur Pemasaran dan Produk Mandiri Manajemen Investasi Endang Astharanti saat dihubungi, Selasa (9/1/2018).
Dia menjelaskan, pada tahun ini porsi investasi yang akan diperbesar adalah pasar uang, pendapatan tetap, serta produk investasi alternatif. Selain itu, Mandiri juga akan terus memprioritaskan saham, mengingat pada tahun lalu return reksa dana saham cukup positif.
Untuk reksa dana saham, kata dia, pada tahun ini berpotensi memberikan imbal hasil yang cukup memuaskan karena didorong tren kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG). “Kami melihat asset class saham masih berpotensi memberikan hasil yang menarik,” sambungnya.
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan dana kelola dan menjaring minat investor, Mandiri akan meluncurkan sejumlah produk baru pada tahun ini, yakni reksa dana pasar uang baru. Untuk reksa dana yang lain, perusahaan masih mencoba intensifikasi meningkatkan jumlah dana kelola yang ada.
Endang menambahkan, perusahaan juga terus menjaring investor dari luar. Saat ini, sejumlah investor luar negeri telah berhasil dicakup oleh Mandiri Investasi, yakni yang berasal dari Singapura, Malaysia, dan Korea Selatan. “Tahun ini kami menyasar investor dari Taiwan,” ujarnya.
Dalam menjaring investor di luar negeri, Mandiri Investasi menjalin kerjasama dengan perusahaan asset management di negara setempat yang akan membentuk fund dengan efek dasar dari Mandiri.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, pada tahun lalu total dana kelola Mandiri Investasi mencapai Rp50 triliun, di mana Rp4,44 triliun diantaranya atau sebesar 8,88% merupakan AUM reksa dana syariah. Hingga saat ini total produk reksadana Mandiri Investasi sekitar 20 produk.
Perusahaan juga akan menerbitkan produk alternatif seperti KIK-EBA, KIK DIRE, dan Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT). Karena proses pengembangan butuh waktu cukup panjang, maka perusahaan akan mengeluarkan RDPT atau KIK-EBA terlebih dahulu.