Bisnis.com, JAKARTA—Kendati sudah memiliki dua anak usaha yang bergerak di sektor pembangkit listrik, PT Mitrabara Adiperdana Tbk., (MBAP) masih memilih fokus menggarap tambang batu bara pada tahun ini.
Direktur Utama MBAP Widada menyampaikan, pada tahun ini perusahaan masih fokus menggarap batu bara di tengah tingginya harga komoditas tersebut. Oleh karena itu, perusahaan mengupayakan jumlah produksi yang setara dengan target 2017, yakni sekitar 4 juta ton.
“Kami punya kapasitas infrastruktur produksi plus minus 4 juta ton, makanya kami maintain di situ,” ujarnya kepada Bisnis.com setelah acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Selasa (9/1/2018).
Strategi lain yang diterapkan manajemen ialah melakukan efisiensi dengan menjaga ongkos produksi. Per September 2017, perusahaan sudah merealisasikan produksi batu bara sejumlah 2,85 juta ton, atau 71% dari target.
Dari produksi itu, MBAP mengantongi penjualan sebesar US$203,61 juta (Rp2,75 triliun), naik 55,07% year on year (yoy) dari kuartal III/2016 senilai US$131,30 juta (Rp1,77 triliun). Adapun laba bersih melonjak 211,77% yoy menuju US$54,84 juta (Rp740,08 miliar) dari sebelumnya US$17,59 juta (Rp237,30 miliar).
Widada menambahkan, pada awal Desember 2017, MBAP membeli 13,33% saham perusahaan batu bara PT Dura Bara Utama. Mengenai rencana penambahan tingkat kepemilikan, dia menyebutkan saat ini manajemen masih dalam proses pembahasan.
Corporate Secretary MBAP Chandra Lautan menuturkan, pada 2018 perseroan masih fokus kepada bisnis penambangan batu bara meskipun sudah memiliki dua anak usaha di sektor kelistrikan.
Dua anak usaha itu ialah PT Cipta Tenaga Surya dan PT Mitra Malinau Energi. Masing-masing anak perseroan direncanakan untuk masuk ke bisnis pembangkit listrik tenaga surya dan pembangkit listrik tenaga biomassa.
“Bisnis kelistrikan di bawah kita ada dua, masih on progress. Jadi belum masuk ke sana. Kita menyesuaikan core bisnis batu bara, jadi saat ini fokus operasional dulu,” paparnya.
Kinerja perusahaan memang sedang diuntungkan dengan tren harga batu bara yang memanas. Namun, pergerakan harga komoditas itu tidak bisa diprediksi, sehingga manajemen melakukan maintain di sisi internal.
Saat ini, perusahaan mengoperasikan 4—5 pit batu bara di Malinau, Kalimantan Utara. Dua kontraktor tambang yang bekerja sama dengan MBAP ialah PT Kalimantan Prima Persada (KPP) dan PT Cipta Kridatama.