Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah AS ditutup di atas US$49 per barel untuk pertama kalinya sejak Mei pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), didorong oleh tumbuhnya optimisme bahwa upaya pemangkasan suplai OPEC akan mengikis kelebihan suplai global.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September ditutup naik 29 sen di US$49,04 per barel di New York Mercantile Exchange. Indeks acuan AS tersebut naik menghampiri rata-rata pergerakannya dalam 200 hari sekitar US$49,42 per barel.
Adapun minyak Brent kontrak September berakhir naik 52 sen di US$51,49 per barel, di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Kuwait dikabarkan mengikuti langkah Uni Emirat Arab dalam berkomitmen untuk melakukan sedikit pemompaan minyak setelah Arab Saudi menyeruka para produsen OPEC untuk mengurangi lebih banyak pasokan.
Sementara itu, Energy Information Administration (EIA) melaporkan jumlah persediaan minyak mentah AS turun 7,21 juta barel pekan lalu ke level terendah sejak awal Januari.
“Pasar mencerna penurunan yang sangat kuat dalam hal persediaan. Kami juga melihat pernyataan dari Arab Saudi yang mendukung harga dalam hal pengurangan ekspor. Sentimen akhirnya memperhatikan fundamental,” ujar Adam Wise dari John Hancock Financial Services Inc. di Boston, seperti dikutip dari Bloomberg (Jumat, 28/7/2017).
Minyak AS beringsut mendekati US$50 per barel sempat bertahan di bawah level kunci sejak akhir Mei di tengah kekhawatiran bahwa upaya pemangkasan oleh organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sejumlah negara non-OPEC termasuk Rusia akan diimbangi oleh kenaikan produksi dari negara lain.
Arab Saudi namun menjanjikan pengurangan tajam dalam ekspor minyak mentah pada bulan Agustus. Laporan laba sejumlah perusahaan minyak terbesar di dunia juga turut memberi sentimen positif bagi pasar.