Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SQMI Stop Produksi Batu Bara, Banting Setir Jadi Trader

JAKARTA Volatilitas harga batu bara pada tahun lalu yang cukup tinggi membuat PT Renuka Coalindo Tbk. (SQMI) pada tahun ini mengubah arah bisnis perseroan dengan fokus pada perdagangan batu bara.
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintasi sungai Mahakam, di Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu 23/4)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintasi sungai Mahakam, di Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu 23/4)./JIBI-Paulus Tandi Bone

JAKARTA – Volatilitas harga batu bara pada tahun lalu yang cukup tinggi membuat PT Renuka Coalindo Tbk. (SQMI) pada tahun ini mengubah arah bisnis perseroan dengan fokus pada perdagangan batu bara.

Direktur Utama SQMI Shantanu Lath mengatakan, dengan rendahnya harga batu bara pada tahun lalu dan kendala pengangkutan menuju pelabuhan maka tidak memungkinkan untuk perseroan melanjutkan operasi produksi batu bara di tambang Jambi.

Oleh karena itu, pada tahun lalu, perseroan menjual dua aset pertambangannya yang dikelola PT Jambi Prima Coal dan PT Surya Global Makmur. Kedua perusahaan dijaul ke PT Indobagus Energy pada 23 Desember 2016.

“Kini kami bergerak di perdagangan batu bara dengan membeli dari produsen lain untuk dijual ke konsumen kami di India,” katanya dalam Paparan Publik Insidentil di Bursa Efek Indonesia, Senin (5/6/2017).

Menurutnya, perseroan tidak hanya menginginkan untuk menjadi trader batu bara dalam jangka pendek. Oleh karena itu, saat ini manajemen SQMI tengah mengurus perizinan izin usaha pertambangan operasi produksi khusus (IUP OPK) pengangkutan dan penjualan batu bara yang masih berproses di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Perseroan, lanjutnya, juga telah menandatangani kontrak jangka panjang dengan salah satu produsen batu bara di Kalimantan Selatan untuk memasok kebutuhan SQMI dengan durasi 2 tahun. Selain itu, perseroan juga telah membayar uang muka untuk batu bara yang dihasilkan perusahaan di Jambi.

Shantanu Lath menjelaskan, kedua perusahaan memiliki nilai kalori batu bara yang rendah sehingga sesuai dengan konsumen utama perseroan di pasar India yakni Shree Renuka Sugars Limited, yang masih satu grup dengan perseroan.

“Sekarang kami fokus ke perdagangan batu bara. Tahun lalu berat. Jika harga volatil sangat susah bagi kami untuk mengambil keputusan. Jika harga sudah lebih bagus, bisa saja kami masuk ke rencana lain,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lukas Hendra TM
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper