Bisnis.com, JAKARTA - PT BISI International Tbk. mulai menjajaki pasar benih padi yang nilai pasarnya diestimasi mencapai US$712,5 juta per tahun.
Jemmy Eka Putra, Direktur Utama BISI International, mengatakan luas areal sawah di Indonesia mencapai sekitar 15 juta hektare atau lebih dari tiga kali lipat luas ladang jagung. Dengan luasan tersebut, kebutuhan benih padi organik nasional diperkirakan mencapai 300.000 ton per tahun.
"Sejak tahun lalu, kami mulai kembangkan varietas padi hibrida sendiri. Tahun ini akan kami kenalkan ke market," kata Jemmy.
Menurutnya, pengembangan benih padi merupakan peluang besar bagi perseroan. Apabila diestimasi, nilai pasar benih padi di Indonesia mencapai US$712,5 juta dengan asumsi benih organik senilai US$150 juta dan 50% benih hibrida senilai US$562,5 juta.
"Produktivitas benih padi hibrida kami 1,5 ton-2 ton per hektare dan tahan penyakit. Sekarang masih tahap pengembangan dengan produksi sekitar 300 ton tahun ini, kami harap dapat diterima dengan baik oleh petani," imbuhnya.
Hingga akhir 2016, kontribusi penjualan benih terhadap penjualan BISI hanya sekitar 2% dari total penjualan sebesar Rp1,85 triliun. Kontribusi penjualan BISI didominasi oleh benih jagung 44%, pestisida 38%, dan benih hortikultura 16%.
Tahun ini, kata Jemmy, perseroan membidik pertumbuhan penjualan dan laba bersih sebesar 30%. Kenaikan tersebut diharapkan bersumber dari semua lini produksi perseroan kendati harga jual rata-rata diproyeksi cenderung tetap pada 2017.
Dia memerinci nilai dan volume penjualan benih jagung diperkirakan naik lebih dari 40%, hortikultura naik 25%, dan pestisida naik sekitar 25%-30%. Kebijakan pemerintah yang membatasi impor komoditas pangan disebut memberi gairah tanam pada petani sehingga berpotensi mendongkrak penjualan benih perseroan.
Di sisi lain, perseroan masih mempertahankan pangsa pasar ekspor sekitar 10% dari total penjualan benih hortikultura atau senilai US$4 juta-5 juta per tahun. China, India, Filipina, Vietnam, dan Thailand menjadi negara tujuan ekspor utama seiring kecocokan iklim dan kebijakan impor benih tanaman di masing-masing negara.
"Kami fokus ke pasar Indonesia. Itu pun tantangannya luar biasa dalam lima tahun terakhir, terutama serangan hama penyakit dan virus yang bermutasi, sehingga kejar-kejaran antara breeding dengan penyakit tanaman," tuturnya.
Jemmy menambahkan pada 2017, perseroan menargetkan utilisasi pabrik naik ke level 80%. Saat ini, BISI memiliki dua pabrik produksi benih dengan kapasitas terpasang sebesar 50.000 ton per tahun atau 6.000 ton per bulan pada puncak periode produksi.