Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melemah pada perdagangan hari kedua (Jumat, 24/3/2017), seiring menguatnya dolar Amerika Serikat di tengah penantian pasar atas apakah Presiden AS Donald Trump berhasil dalam mendorong reformasi undang-undang kesehatan.
Harga emas Comex kontrak April 2017 melemah 0,33% atau 4,10 poin ke US$1.243,10 per ounce pada pukul 14.18 WIB, setelah dibuka turun 0,18% atau 2,20 poin di posisi 1.245.
Pada saat yang sama, indeks dolar yang mengukur pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,21% atau 0,211 poin ke posisi 99,971 setelah dibuka turun 0,01% di 99,755.
Seperti dilansir Reuters (Jumat, 24/3/2017), dolar kembali memperoleh tenaganya yang sedikit turun pagi tadi di tengah tanda-tanda bahwa voting kesehatan yang tertunda akan pasti terlaksana meskipun masih tetap terdapat ketidakpastian terhadap hasilnya.
Menurut para analis dan pedagang, terjalnya perjalanan dalam hal rencana kesehatan ini dapat berdampak pada upaya Trump selanjutnya untuk memangkas pajak dan mendorong infrastruktur.
Jika Trump dapat meraih cukup dukungan untuk memenangkan pemungutan suara dalam pencabutan program Obamacare, maka hal itu akan menjadi petunjuk bagi kemampuannya untuk melaksanakan agenda ekonomi dan politiknya.
“Jika voting (kesehatan) lolos untuk reformasi, emas bisa tertekan. Sebaliknya, jika langkah tersebut menghadapi masalah, emas dapat saja menyentuh kisaran US$1.260,” ujar seorang pedagang logam mulia.
Sejalan dengan emas, harga perak kontrak Mei 2017 turun 0,05% atau 0,008 poin ke US$17,585 per ounce, setelah dibuka dengan kenaikan 0,01% atau 0,002 poin di posisi 17,595.
Pergerakan emas dan perak di Comex (Commodity Exchange):
Tanggal | Emas kontrak April 2017 US$/ounce | Perak kontrak Mei 2017 US$/ounce |
24/3/2017 (Pk. 13.18 WIB) | 1.243,10 (-0,33%) | 17,585 (-0,05%) |
23/3/2017 | 1.247,20 (-0,20%) | 17,593 (+0,09%) |
22/3/2017 | 1.249,70 (+0,26%) | 17,578 (-0,03%) |
21/2/2013 | 1.246,50 (+1,01%) | 17,583 (+0,83%) |
20/3/2017 | 1.234,00 (+0,31%) | 17,438 (+0,14% |
Sumber: Bloomberg