Bisnis.com, JAKARTA - Badan Administrasi Informasi Energi AS (Energy Information Administration/EIA) memperkirakan produksi minyak AS pada tahun depan mencapai 9,5 juta barel per hari. Proyeksi tersebut tertuang dalam Outlook Energi Jangka Pendek yang dirilis pada Selasa (7/2/2017) waktu setempat.
Proyeksi tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan pada Outlook Energi Jangka Pendek (Short Term Energy Outlook/STEO) pada Januari 2017 yang memperikirakan produksi minyak AS pada tahun depan hanya 9,3 juta barel per hari. Kendati, proyeksi produksi minyak AS pada tahun ini diperkirakan tetap pada posisi 9 juta barel per hari.
Tak hanya produksi minyak AS, EIA juga merevisi perkiraan harga minyak mentah di pasar Brent untuk tahun ini dan tahun depan. Dalam STEO Januari, harga minyak mentah Brent diperkirakan secara rata-rata akan berada pada kisaran US$53 per barel pada tahun ini dan US$56 per barel pada tahun depan.
Namun, dalam STEO Februari, harga minyak mentah Brent diperkirakan secara rata-rata akan berada pada kisaran US$55 per barel sepanjang tahun ini dan US$57 per barel pada tahun depan.
Dalam STEO Februari itu juga menyebutkan revisi penaikan proyeksi harga minyak tersebut salah satunya disebabkan telah terbentuknya dewan pengawas yang memantau kesepakatan OPEC dan nonOPEC untuk komitmen mereka memangkas produksi.
Laporan tersebut mengungkapkan kestabilan harga minyak sepanjang Januari merupakan dampak dari pemangkasan produksi yang dilakukan oleh negara-negara yang tergabung dalam OPEC dan nonOPEC.
“Joint Ministrial Monitoring Committee [JMCC] merupakan badan yang terdiri dari tiga perwakilan OPEC dan dua perwakilan nonOPEC dibentuk untuk melakukan monitor terhadap kesepakatan mereka untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,8 juta barel per hari,” tulis EIA dalam laporan tersebut.
Dalam pertemuan digelar pada 22 Januari 2017, JMCC akan membagikan data pemangkasan produksi mulai Februari 2017 atau 4 bulan pasca komitmen diutarakan pada November-Desember 2016.
Data pemangkasan produksi oleh masing-masing negara yang berkomitmen akan disampaikan setiap 4 bulan sekali. Data tersebut akan menampilkan angka produksi dari masing-masing negara yang bersepakat sebagai upaya untuk memantau agar pemangkasan produksi mencapai angka yang mereka harapkan.
Sementara itu, pernyataan dari OPEC dan pejabat non-OPEC mengumumkan bahwa target produksi bertemu sehingga lalu lintas data tanker minyak juga menunjukkan kemungkinan penurunan minyak yang diekspor dari Timur Tengah untuk pelanggan di Asia, meskipun data resmi tidak akan tersedia selama beberapa bulan.
“Dengan permintaan produk minyak bumi diperkirakan tumbuh pada tingkat yang lebih cepat pada tahun 2017 dibandingkan tahun 2016, pasar minyak dunia tampak lebih dekat untuk menyeimbangkan dibandingkan di masa lalu,” tulis laporan EIA tersebut.