Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Tumbuh, Harga Kapas Kian Berat

Harga komoditas kapas diperkirakan menguat pada 2017 seiring dengan meningkatnya permintaan dari negara importir utama dan berkurangnya persediaan global.

Bisnis.com, JAKARTA--Harga komoditas kapas diperkirakan menguat pada 2017 seiring dengan meningkatnya permintaan dari negara importir utama dan berkurangnya persediaan global.

Pada perdagangan Senin (30/1) pukul 17:15 WIB harga kapas di bursa ICE New York stabil di posisi US$74,85 sen per pon. Ini merupakan level tertinggi sejak Agustus 2016.

Sepanjang 2017, harga kapas meningkat 5,94% secara tahunan (year on year/yoy). Tahun lalu, harga bertumbuh 10,44% yoy.

Laporan U.S. Department of Agriculture (USDA) Januari 2017 memaparkan, pada musim 2016/2017 ekspor AS diperkirakan meningkat 36,58% menjadi 2,72 juta ton dari periode sebelumnya sebesar 1,99 juta ton. Perhitungan musim dimulai sejak Agustus.

Proyeksi lonjakan ekspor didapat setelah USDA memperoleh data perdagangan dalam lima bulan pertama, yakni Agustus-Desember 2016 yang tumbuh 66% yoy. Peningkatan tersebut terutama didukung naiknya impor dari China, Indonesia, dan Vietnam.

"Jumlah impor China dari AS naik hampir lima kali lipat pada musim lalu, dan masih akan naik tipis di musim 2016/2017. Sementara impor Vietnam dan Indonesia tumbuh dua kali lipat musim lalu. Impor Vietnam dapat naik 10% yoy, sedangkan Indonesia stabil," papar laporan, Senin (30/1/2017).

Namun demikian, pasar kapas mendapat tantangan dari proyeksi bertumbuhnya suplai dibandingkan jumlah permintaan. Pada musim 2016/2017, tingkat produksi diperkirakan naik 9,19% yoy menjadi 22,93 juta ton dari sebelumnya 21 juta ton. Sementara tingkat konsumsi hanya meningkat 0,45% yoy menuju 24,33 juta ton dari musim lalu sebesar 24,22 juta ton.

Tingkat ekspor dan impor cenderung seimbang, dengan pertumbuhan sekitar 1,3% yoy menjadi 7,76 juta ton pada 2016/2017 dari musim sebelumnya 7,66 juta ton. Adapun jumlah persediaan kapas global menurun 6,44% menuju 19,73 juta ton dari sebelumnya 21,09 juta ton

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper