Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BURSA CHINA 15 NOVEMBER: Kebijakan Trump Kompleks Bagi PBOC, Indeks Shanghai Melemah

Indeks Shanghai Composite melemah 0,12% atau 3,86 poin ke level 3.206,51 pada pukul 09.25 WIB, setelah dibuka turun tipis 0,01% atau 0,42 poin di posisi 3.209,96.
 Bursa China/Reuters
Bursa China/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan bursa saham China melemah pada perdagangan pagi ini, Selasa (15/11/2016), di tengah kian kompleksnya gambaran kebijakan Presiden terpilih AS bagi China.

Indeks Shanghai Composite melemah 0,12% atau 3,86 poin ke level 3.206,51 pada pukul 09.25 WIB, setelah dibuka turun tipis 0,01% atau 0,42 poin di posisi 3.209,96.

Dari 1.188 saham yang terdaftar pada indeks Shanghai Composite, 428 di antaranya menguat, 629 melemah, sedangkan 131 saham bergerak stagnan.

Saham Bank of China, salah satu bank komersial milik negara terbesar di China, yang turun 0,59% menjadi penekan utama indeks Shanghai pagi ini.

Sementara itu, saham China Communications Construction Co. Ltd. drop 2,01%, China Railway Group Ltd. anjlok 2,08%, dan Cultural Investment Holdings Co. Ltd. jatuh 6,94%.

Pada saat yang sama, pergerakan indeks CSI 300 di Shenzen yang berisi saham-saham bluechip juga melemah 0,17% atau 5,95 poin ke level 3.424,30.

Sebelumnya indeks CSI dibuka dengan pelemahan tipis 0,04% atau 1,38 poin di level 3.428,87.

Adapun, nilai tukar mata uang renminbi terpantau berbalik melemah meski sangat tipis ke posisi 6,8601 per dolar AS pada pukul 09.42 WIB, setelah dibuka dengan penguatan 0,24% di posisi 6,8432.

Seperti dilansir Bloomberg hari ini, kemenangan Donald Trump sebagai Presiden terpilih AS telah membuat gambaran kebijakan menjadi kian kompleks bagi Gubernur bank sentral China, People’s Bank of China (PBOC), Zhou Xiaochuan.

Ancaman Trump untuk menerapkan tarif hingga 45% pada impor China menghantui stabilisasi ekonomi negara tirai bambu tersebut serta hubungan perdagangan paling penting di dunia.

Menurut Standard Chartered Plc., proteksionisme berpotensi memicu lebih banyak penggunaan internasional untuk yuan. Sementara itu, UBS Group AG berpendapat adanya tarif dapat mendorong PBOC untuk membiarkan yuan melemah lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper