Bisnis.com, JAKARTA— Harga minyak mentah global menguat didorong spekulasi Hillary Clinton akan memenangkan pemilu presiden AS pada 8 November 2016.
Spekulasi tersebut menguat setelah FBI mengatakan penggunaan e-mail pribadi oleh Hillary saat kerja di pemerintahan, bukan merupakan kejahatan.
Harga minyak melonjak bersamaan dengan bursa saham serta penguatan indeks dolar AS.
Minyak WTI untuk pengiriman Desember pada penutupan perdagangan Senin atau Selasa pagi menguat 1,86% ke US$44,89 per barel, di bursa New York Mercantile Exchange.
Brent untuk pengiriman Januari menguat 1,25% ke US46,15/barel di bursa ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London..
Sementara itu Rusia, sebagai salah satu produsen energi terbesar di dunia, menyatakan siap untuk mendukung perjanjian OPEC guna membatasi produksi minyak mentah sehingga membantu menyeimbangkan pasar, menurut Sekretaris Jenderal OPEC Mohammed Barkindo.
"Pemilihan presiden AS adalah depan dan pusat perhatian di semua pasar," kata Chris Kettenmann, Kepala Strategi Energi Macro Risk Advisors LLC seperti dikutip Bloomberg, Selasa (8/11/2016).
Seperti diketahui minyak WTI terpeleset dari level 48 ke 44, setelah melemah dari 31 Oktober hingga 4 November.
Brent terjatuh dari level 48 ke 45, setelah melemah dari 31 Oktober hingga 4 November.
Calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton akan berkompetisi dengan Donald Trump dari Partai Republik dalam meraih suara, dalam pemilihan presiden yang digelar 8 November waktu AS.