Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Rilis Stok AS, Harga Minyak Memanas

Harga minyak mentah cenderung konsolidasi seiring dengan proyeksi meningkatnya stok mingguan Amerika Serikat dan keputusan OPEC memangkas produksi dalam pertemuan bulan lalu.
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA -- Harga minyak mentah cenderung konsolidasi seiring dengan proyeksi meningkatnya stok mingguan Amerika Serikat dan keputusan OPEC memangkas produksi dalam pertemuan bulan lalu.

Pada perdagangan Selasa (18/10) harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak November 2016 naik 0,48 poin atau 0,96% menjadi US$50,42 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Desember 2016 meningkat 0,44 poin atau 0,85% menjadi US$51,96 per barel.

Harga minyak sudah meningkat 12% sejak OPEC menyetujui kesepakatan untuk membatasi pasokan dalam pertemuan di Aljazair pada 28 September lalu. Harga WTI mengambang di sekitar level US$50 per barel karena pasar masih menunggu sikap organisasi dalam rapat yang digelar akhir bulan depan.

Chris Weston, chief market strategist IG Ltd., mengatakan harga minyak mentah cenderung konsolidasi setelah adanya informasi positif dari OPEC. Kini, harga tidak akan terjatuh terlalu dalam kecuali pertemuan November mengecewakan.

"Rasanya kita tidak akan melihat lagi harga minyak terjun. Kecuali bila rapat OPEC pada 30 November memberikan hasil yang mengecewakan pasar," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (18/10/2016).

Survei Bloomberg mencatat, pasokan bensin AS kemungkinan turun 1,13 juta barel, sedangkan stok minyak mentah naik 2,1 juta barel pada pekan lalu. Adapun data resmi dari U.S. Energy Information Administration (EIA) akan dilansir pada Rabu (19/10) waktu setempat.

Sebelumnya, data EIA yang dirilis Rabu (12/10) menunjukkan stok minyak mentah AS per Jumat (7/10) naik 4,85 juta barel menuju 473,958 juta barel. Sementara tingkat produksi turun tipis sebesar 17.000 barel per hari menjadi 8,45 juta barel per hari.

Bill O’Grady, Chief Market Strategist Confluence Investment Management, mengatakan secara teknikal rerata harga minyak 50 hari sudah melebihi 100 hari. Artinya, harga tidak akan kembali ke bawah US$40 per barel dan berpeluang menuju US$55 per barel.

Bank of China International (BOCI) Research Ltd., dalam publikasi risetnya memaparkan, pergerakan minyak WTI di atas US$50 per barel melanjutkan tren kenaikan sejak akhir September ketika OPEC sepakat memangkas produksi. Namun, laporan EIA perihal produksi OPEC yang naik ke level tertinggi pada bulan lalu sebesar 33,64 juta barel per hari menjadi sentimen negatif.

Melonjaknya produksi OPEC disebabkan Irak yang memompa volume penambangannya ke level tertinggi yang pernah ada. Sentimen tersebut menyebabkan keraguan pasar terhadap kesungguhan organisasi dalam menanggulangi suprlus pasokan minyak mentah.

Keraguan semakin meninggi karena sikap negara produsen minyak non-OPEC seperti Rusia belum juga menyatakan sikapnya dalam upaya menstabilkan pasar. Alhasil, harga minyak berpeluang bergerak volatil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper