Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Nigeria dan Libya Pulih, Harga Minyak Rentan Lesu

Harga minyak menguat setelah persediaan Amerika Serikat menurun. Namun, harga mendapat tantangan kuat ke depannya seiring dengan bertumbuhnya produksi di Nigeria dan Libya.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Harga minyak menguat setelah persediaan Amerika Serikat menurun. Namun, harga mendapat tantangan kuat ke depannya seiring dengan bertumbuhnya produksi di Nigeria dan Libya.

Pada perdagangan Kamis (15/9) pukul 16:19 WIB harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Oktober 2016 naik 0,21 poin atau 0,48% menjadi US$43,79 barel. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak November 2016 meningkat 0,37 poin atau 0,81% menjadi US$46,22 per barel.

Harga minyak terdorong sentimen positif dari menurunnya persediaan minyak mentah mingguan AS. Data U.S. Energy Information Administration (EIA) yang dirilis Rabu (14/9) menunjukkan stok minyak mentah AS per Jumat (9/9) menurun 559.000 menuju 510,79 juta barel.

Angka stok terbaru menunjukkan posisi terendah sejak pertengahan Februari 2016. Selain itu, hasil ini melanjutkan tren positif pada pekan sebelumnya karena persediaan merosot hingga 14,51 juta barel.

Laporan terbaru EIA juga menurunkan ketegangan terhadap kekhawatiran jumlah persediaan minyak mentah Paman Sam. Pasalnya, stok sempat melonjak ke 543 juta barel pada April 2016 yang menjadi level tertinggi sejak 1929.

Meskipun demikian, sentimen positif dari AS beradu dengan proyeksi Nigeria dan Libya yang bakal menambah pasokan baru ke pasar sebanyak 840.000 barel per hari dalam beberapa minggu ke depan. Padahal jumlah persediaan minyak mentah global masih surplus sehingga harga sulit untuk bangkit.

Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), selama berbulan-bulan harga minyak mentah Brent dan WTI bergerak di bawah level US$50 per barel. Sentimen penekan utama harga ialah surplus pasokan global yang saat ini berkisar 370.000 barel per hari.

Olivier Jakob, Managing Director Petromatrix GmbH., perusahaan riset asal Swiss yang fokus pada pasar minyak mentah memaparkan, penggenjotan produksi di Nigeria dan Libya seiring dengan pulihnya konflik internal di dalam negeri masing-masing.

Di Libya, perusahaan lokal berpotensi membuka pasokan baru sebanyak 300.000 barel per hari. Adapun di Nigeria, Exxon Mobil Corp., siap mengekspor minyak mentah sejumlah 340.000 barel per hari dan Royal Dutch Shell Plc., sebesar 200.000 barel per hari.

"Adanya pengingkatan produksi ke level normal di Nigeria dan Libya membuat keseimbangan pasar minyak mentah makin terganggu. Ini memperumit masalah sebelum adanya pertemuan di Aljazair," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (15/9/2016).

Pertemuan di Aljazair yang dimaksud ialah acara International Energy Forum pada 26-28 September 2016. Dalam agenda tersebut, OPEC dan negara produsen lainnya berjanji untuk membicarakan pembatasan produksi melalui rapat informal.

International Energy Forum direncanakan melibatkan 73 negara yang menyumbang sekitar 90% pasokan minyak mentah dan gas alam global. Namun, secara historis pemotongan level produksi tidak mudah disepakati oleh seluruh anggota komite OPEC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper