Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Impor India Turun, Harga CPO Diprediksi Tetap Kokoh

Harga minyak kelapa sawit diperkirakan tetap stabil meskipun penyerapan dari India, sebagai importir terbesar di dunia, diprediksi menurun. Sentimen positif utama yang menopang harga CPO ialah berkurangnya persediaan di Malaysia dan Indonesia.
Buah kelapa sawit/Antara
Buah kelapa sawit/Antara

Bisnis.com, JAKARTA--Harga minyak kelapa sawit diperkirakan tetap stabil meskipun penyerapan dari India, sebagai importir terbesar di dunia, diprediksi menurun. Sentimen positif utama yang menopang harga CPO ialah berkurangnya persediaan di Malaysia dan Indonesia.

Pada perdagangan Bursa Malaysia Senin (12/9) pukul 16:30 WIB harga CPO kontrak November 2016 naik 30 poin ke level 2.639 ringgit (US$649,6) per ton.

Sebelumnya, harga mencapai puncak pada Rabu (17/8) senilai 2.733 ringgit per ton. Adapun level terendah harga CPO tercatat pada 12 Juli 2016 sebesar 2.174 ringgit per ton.

Menurut survei Bloomberg, impor CPO India pada Agustus 2016 turun 2,5% (m-o-m) menjadi 790.000 ton. Angka ini merupakan level terendah dalam empat bulan terakhir.

Berdasarkan survei Solvent Extractors’ Association of India, total pembelian minyak nabati secara keseluruhan di India pada bulan lalu terkoreksi 1,4% menuju ke 1,36 juta ton. Data resmi baru akan dirilis pada pertengahan bulan ini.

Sandeep Banjoria, CEO Sunvin Group, perusahaan broker berbasis di Mumbai menyampaikan, CPO memasuk periode bullish akibat meningkatnya permintaan menjelang perayaan di China dan India.

Impor CPO China bakal digenjot seiring dengan Mid-Autumn Festival atau dikenal juga sebagai Festival Kue Bulan yang jatuh pada tanggal 15 September 2016. Penyerapan dari India juga bakal meningkat menjelang Festival Diwali pada 30 Oktober 2016.

Dari sisi suplai, reli harga terbantu oleh berkurangnya produksi di Indonesia dan Malaysia akibat cuaca kering. Namun, harga yang begitu tinggi diyakini membuat pembeli dari India beralih kepada minyak nabati lain untuk menambah pasokan dalam negeri.

"Permintaan moderat akibat tingginya harga. Ada perbedaan dalam pasar India, karena impor baru akan meningkat dari September hingga festival [Diwali]," jelasnya seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (12/9/2016).

Solvent Extractors’ Association of India memaparkan, stok minyak goreng India sebagai konsumen terbesar di dunia mencapai 2,15 juta ton pada 1 Agustus 2016, atau 30% lebih dari rerata konsumsi bulanan sebanyak 1,65 juta ton.

Permintaan biasanya meningkat selama festival Diwali, terutama dari September hingga November. Saat itu, masyarakat lebih banyak mengonsumsi makanan gorengan dan kuliner yang manis.

India bergantung pada impor untuk memenuhi 70% kebutuhan di dalam negeri. Impor minyak kelapa sawit berasal dari Indonesia dan Malaysia, sedangkan minyak kedelai berasal dari AS, Brasil, dan Argentina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper