Bisnis.com, JAKARTA—Emiten produsen ban PT Goodyear Indonesia Tbk. akan mengoptimalkan kapasitas produksi terpasang untuk mendongkrak kinerja tahun ini.
Wicaksono Soebroto, Manager Corporate and Marketing Communication Goodyear Indonesia, mengatakan kapasitas produksi terpasang yang dimiliki pihaknya saat ini mencapai 12.000 buah ban per hari.
Pada tahun lalu,tingkat utilisasi emiten bersandi GDYR tersebut baru sekitar 80%.
“Kapasitas terpasang itu belum terpakai semua, baru 80%. Kami belum nambah line, belum nambah mesin karena harapnya untuk tahun ini kapasitas produksinya penuh,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Harapan GDYR mengoptimalkan kapasitas terpasang itu bukan tanpa alasan. Pabrikan ban kenamaan dunia tersebut ingin meraih pertumbuhan di atas 10% pada 2016. Namun, angka pastinya tidak disebut Wicaksono. Sebagai gambaran, merujuk laporan keuangan perseroan pada 2015 revenue yang dibukukan sebesar US$154,39 juta dengan rugi tahun berjalan US$110.978.
Pada kuartal pertama 2016 emiten produsen ban mobil tersebut mencatatkan penjualan bersih US$40,59 juta dengan laba tahun berjalan sebesar US$629.344. Penjualan bersih kuartal I/2016 turun sekitar 2,9% dari raihan pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$41,82 juta. Akan tetapi pada tri wulan pertama 2015 perseroan mencatatkan rugi US$205.864.
Untuk menggenjot kinerja di sisa waktu tahun ini, setelah optimalisasi pada kapasitas produksi pihaknya fokus pada pasar after market baik di tataran domestik maupun ekspor. Pasar tersebut dinilai akan berkontribusi hingga 70% terhadap total pendapatan perseroan.
Adapun sisanya adalah penjualan bagi mobil yang baru diproduksi pabrikan alias original equipment manufacturer (OEM). Dia menyebut, pihaknya optimistis mengejar pertumbuhan pada kuartal-kuartal berikutnya karena pasar kembali bergairah seiring ekonomi yang pulih dari pelambatan baik secara lokal maupun global.
Saat kondisi ekonomi lebih baik, permintaan akan ban untuk kebutuhan pengganti disinyalir akan meningkat. Di sisi lain, lanjutnya, salah satu alasan pihaknya tidak melakukan penetrasi di pasar OEM karena untuk menyuplai kepada pabrikan baru harus melibatkan regional dealing dengan induk perusahaan di luar negeri.
“Karena kami untuk OEM sendiri tidak banyak masuk seperti kompetitor, kami pikir ada segmen sendiri sehingga kami main di kelas mid dan mid lower,” terangnya.
Di sisi lain, kontribusi ekspor perseroan tahun ini diperkirakan mencapai 60% dari total after market. Dari total ekspor tersebut sekitar 60%-nya ‘dilempar’ ke pasar di kawasan Asia Tenggara.
Sisanya mencakup Australia, dan beberapa negara Eropa. Dia menyebut saat ini pihaknya fokus memperdalam penetrasi penjulan di negara-negara tujuan ekspor yang sudah eksis dan belum berencana menambah pasar baru karena kebutuhan produk yang berbeda. Saat ini ada sekitar 20 lebih jenis produk kendaraan niaga dan passanger car yang dipasarkan perseroan.