Bisnis.com, JAKARTA— Proyek pembangkit listrik 2 x 1.000 MW di Kabupaten Batang, Jawa Tengah dengan investasi senilai US$4,2 miliar yang dikelola oleh PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) sudah mendapatkan kesepakatan terkait pembiayaan.
PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) merupakan perusahaan konsorsium dari Electric Power Development Co., Ltd. (J-Power) (34%), PT Adaro Power (34%) dan Itochu Corporation (Itochu) (32%). Adapun PT Adaro Power merupakan anak perusahaan yang dimiliki seluruhnya oleh PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan bahwa pada 6 Juni 2016 telah tercapai kesepakatan pembiayaan (Financial Close) untuk proyek pembangkit listrik 2 x 1.000 MW di Kabupaten Batang, Jawa Tengah
Meskipun mengalami keterlambatan, dia optimistis dapat segera mencapai visi Adaro untuk menjadi grup perusahaan tambang dan energi Indonesia yang terkemuka serta mengembangkan salah satu dari penggerak pertumbuhan perusahaan.
Total investasi dari proyek tersebut sekitar US$4,2 miliar. BPI akan menerima pembiayaan proyek sekitar AS$3,4 miliar dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan sindikasi 9 (sembilan) bank komersial, yaitu: SMBC, BTMU, Mizuho, DBS, OCBC, Sumitomo Trust, Mitsubishi Trust, Shinsei dan Norinchukin.
Proyek ini akan menjual listrik ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) di bawah Perjanjian Jual Beli Listrik (Power Purchase Agreement – PPA) yang berlaku untuk jangka waktu 25 tahun setelah konstruksi selesai. PPA antara BPI dan PLN telah ditandatangani pada 6 Oktober 2011.
Sebagai salah satu transaksi pembiayaan proyek yang penting di Indonesia, ADRO bersama Adaro Power, salah satu sponsor dalam konsorsium BPI, telah menandatangani perjanjian jaminan ekuitas dengan kreditur senior yang telah disebutkan sebelumnya pada tanggal 3 Juni 2016 untuk menunjang partisipasi ekuitas AP di BPI melalui a.l pinjaman yang sesuai dengan porsi kepemilikan Adaro Power di BPI dengan komitmen sebesar US$298 juta.
Dalam perjanjian tersebut, ADRO menjamin kontribusi 2 kinerja serta kontribusi keuangan Adaro Power. ADRO juga memberikan jaminan sesuai dengan porsi kepemilikannya di BPI untuk pinjaman subordinasi dan perjanjian lindung nilai untuk pinjaman subordinasi yang telah ditandatangani pada tanggal 3 Juni 2016 oleh AE dan Mizuho sebagai perwakilan dari bank-bank komersial yang telah disebutkan sebelumnya. Adapun, total kewajiban kontijensi sebesar AS$278 juta.
Presiden Direktur BPI, Mohammad Effendi mengatakan, setelah financial close, konstruksi pembangkit listrik akan segera dimulai. Konstruksi diperkirakan akan berjalan selama 4 (empat) tahun dan Commercial Operation Date (COD) diharapkan pada tahun 2020.
Pembangkit listrik ini akan menjadi salah satu Independent Power Producer (IPP) terbesar di Asia, dan merupakan proyek pembangkit listrik batubara pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi ultra-supercritical (USC) yang ramah lingkungan. USC menggunakan temperatur uap dan tekanan diatas titik supercritical air sehingga mampu mengurangi penggunaan bahan bakar per kilowatt hour (KwH) sekaligus mengurangi emisi gas karbon (CO2 ).
Proyek ini telah mengalami keterlambatan selama beberapa tahun akibat kendala lahan. Awal tahun ini, dengan implementasi UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, BPI dan PLN berhasil mendapatkan lahan yang diperlukan. Hal ini sekaligus menjadikan BPI sebagai IPP pertama yang berhasil mengimplementasikan UU No.2/2012.