Bisnis.com, JAKARTA— Pasar obligasi pada perdagangan Rabu (1/6/2016) diprediksi bergerak flat seiring masih kuatnya sentiment kenaikan suku bunga the Fed dan juga pasar yang menantikan rilis inflasi Indonesia.
Maximilianus Nico Demus. L, Head of Fixed Income Division PT Indomitra Securities, mengatakan pagi ini pasar obligasi dibuka sama dengan penutupan kemarin sore dengan potensi melemah terbatas. Menurutnya, tekanan akan datang dari Amerika Serikat yang dilaporkan mengalami kenaikkan harga rumah.
Data tersebut membuat dollar index menguat dan memberikan tekanan kepada rupiah. Pagi ini rupiah di buka melemah di Rp13.663, diikuti dengan harga minyak WTI yang melemah ke level US$48,82 per barel. Namun, harga minyak tersebut masih stabil sehingg akan menahan pelemahan rupiah lebih lanjut.
Pasar obligasi juga masih akan menunggu data inflasi yang keluar hari ini. “Pasar obligasi hari ini akan bergerak flat, isu kenaikkan The Fed pada bulan Juni nanti masih akan mempengaruhi rupiah terutama pasar obligasi. Kami masih merekomendasikan hold dalam mengambil posisi. Pelan tapi pasti juga Asing masih keluar dari pasar obligasi meskipun tidak banyak,” katanya dalam riset yang diterima hari ini, Rabu (1/6/2016).
Pada sisi lain, imbal hasil obligasi zona Amerika di tutup bervariasi. Kenaikkan imbal hasil terbesar ada di Brazil dan Mexico. Imbal hasil UST di tutup naik di 1,85. Dollar index di tutup naik dibandingkan hari sebelumnya menjadi 95,86. Berbanding terbalik dengan Zona Amerika, untuk imbal hasil zona Eropa di tutup turun. Wilayah Asia Pasifik juga di tutup bervariasi.