Bisnis.com, JAKARTA— Imbal hasil surat utang negara (SUN) pada perdagangan hari ini masih berpotensi naik seiring turunnya imbal hasil global dan potensi pelemahan rupiah jangka pendek.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan naiknya imbal hasil SUN hingga penutupan Senin menunjukkan bahwa pergerakan SUN memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap pergerakan rupiah, selain faktor lain seperti imbal hasil global, harga minyak dan inflasi.
Menurutnya, pelemahan rupiah yang terjadi akibat penguatan dolar di pasar global serta kekecewaan investor asing terhadap pertumbuhan PDB Indonesia kuartal I/2016 berhasil memicu aksi jual di pasar SUN.
Pelemahan SUN terjadi ketika imbal hasil global justru turun mengikuti anjloknya harga minyak serta sentimen inflasi lemah di perekonomian domestik. “Dengan potensi pelemahan rupiah yang masih ada dalam jangka pendek, potensi kenaikan imbal hasil SUN juga masih ada,” katanya dalam riset yang diterima hari ini, Selasa (10/5/2016).
Pada sisi lain, saat ini investor juga menunggu kesimpulan S&P terhadap peringkat utang Indonesia. Dia menilai, harapan yang terlampau tinggi atas peringkat layak investasi bisa berujung kekecewaan yang memicu aksi jual lebih besar lagi di pasar SUN.
“Setelah itu, fokus perlahan beralih ke pengumuman BI rate pada 18 Mei-19 Mei. Investor pasti menunggu respon BI atas inflasi rendah dan pertumbuhan lambat yang baru terjadi.”