Bisnis.com, JAKARTA— Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang terus meningkat ke level US$70 per barel membuat subsidi untuk program biodiesel terus membengkak.
Adapun, subsidi untuk program biodiesel terus membengkak dari Rp2.900/liter pada awal tahun ini menjadi Rp5.500/liter pada Mei. Akibatnya, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) harus menyiapkan strategi alternatif pencarian dana tambahan jika terjadi defisit.
Sementara itu, dana sawit yang sudah terkumpul sekitar Rp15,87 triliun (termasuk proyeksi penghimpunan dana sawit tahun ini Rp9,5 triliun) yang diperkirakan hanya cukup untuk mensubsidi bahan bakar nabati selama 8 bulan-10 bulan.
Diperkirakan penurunan harga minyak bumi sebesar US$1 per barel dapat meningkatkan kebutuhan tambahan dana subsidi biodiesel sekitar Rp350 miliar. Sementara kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) sebesar US$1/ton dibutuhkan tambahan dana sekitar Rp38 miliar.
Sejauh ini harga minyak sedang dalam tren penaikan namun harga minyak sawit mentah juga berada dalam tren penaikan sehingga subsidi dikhawatirkan akan terus membengkak.
“Emiten yang akan paling terkena dampak dari pelaksanaan program biodiesel tersebut adalah AKRA karena emiten merupakan salah satu pemasok utama bahan bakar minyak bersubsidi,” tulis HP Analytics dalam risetnya yang diterima hari ini, Rabu (4/5/2016).