Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) berhasil membukukan pertumbuhan penyaluran kredit sekitar 11% pada kuartal I 2016.
Per 31 Maret 2016, BTPN telah membukukan penyaluran kredit senilai Rp59.3 triliun atau tumbuh 11% dari periode yang sama tahun lalu, yakni senilai Rp53,4 triliun.
Direktur Utama BPTN Jerry Ng berharap pertumbuhan kredit pada kuartal selanjutnya bisa lebih baik. Dia menilai, pertumbuhan sekitar 11% pada kuartal I ini cukup baik mengingat pertumbuhan kredit tidak begitu agresif pada kuartal I.
Menurutnya, pertumbuhan kredit dimotori oleh penyaluran dana ke segmen usaha menengah kecil mikro (UMKM) dan masyarakat prasejahtera produktif. Kredit ke pelaku UMKM tumbuh 15% menjadi Rp15,8 triliun, sedangkan pembiayaan ke segmen prasejahtera produktif, yang disalurkan melalui BTPN Syariah meningkat 47% menjadi Rp3,9 triliun.
Jerry menilai kenaikan penyaluran kredit tersebut tetap diimbangi dengan asas kehati-hatian yang tercermin dari tingkat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sebesar 0,7%. “Pertumbuhan kredit sebesar 11% dengan NPL terjaga di 0,7% menunjukkan kami masih ekspansif dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian,” ungkap Jerry, melalui rilis yang diterima Bisnis.com pada Rabu (20/4/2016).
Pada sisi lain, untuk mengoptimalkan fungsi intermediasi, BTPN menyeimbangkan kecukupan likuiditas dan laju pertumbuhan kredit. Per 31 Maret 2016, dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp61,7 triliun atau tumbuh 14% dari periode yang sama tahun lalu Rp54,4 triliun.
Tingkat rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) mencapai 96%. Bila, memperhitungkan pendanaan dari obligasi dan pinjaman bilateral (loan to funding ratio/LFR), rasio likuiditas BTPN berada di 88%.
Pertumbuhan yang moderat di sisi kredit, mendorong peningkatan aset BTPN sebesar 9% (yoy) dari Rp76,6 triliun menjadi Rp83,6 triliun. Adapun, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 24,9%.
Dengan berbagai pencapaian tersebut, hingga akhir Maret 2016 BTPN mencatat laba bersih setelah pajak (NPAT) sebesar Rp429 miliar, lebih rendah 11% dari periode tahun lalu sebesar Rp481 miliar. “Jika tidak memperhitungkan investasi baru, laba kami sejatinya tumbuh positif. Kami optimistis, ke depan BTPN akan lebih baik lagi,” tutup Jerry.