Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pergerakan IHSG: Bakal Tembus 5.000, Waspadai Saham Tambang

Pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksi bakal menembus level 5.000 pada semester I/2016, tetapi investor perlu mewaspadai lonjakan harga saham sektor pertambangan.
 Karyawan berjalan di depan papan elektronik pergerakan IHSG, di Bursa Efek Jakarta. JIBI/ Abdullah Azzam
Karyawan berjalan di depan papan elektronik pergerakan IHSG, di Bursa Efek Jakarta. JIBI/ Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA—Pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksi bakal menembus level 5.000 pada semester I/2016, tetapi investor perlu mewaspadai lonjakan harga saham sektor pertambangan.

Senior Market & Technical Analyst PT KDB Daewoo Securities Indonesia Heldy Arifien mengatakan lonjakan saham sektor pertambangan terjadi akibat ekspektasi pulihnya harga minyak mentah dunia. Begitu pula optimisme pelaku pasar setelah pemerintah kembali membuka keran ekspor batu bara mentah mendorong laju saham sektor komoditas.

"Paling enggak, dari harga komoditas mulai recovery. Kebijakan smelter juga, sekarang coal bisa diekspor mentah lagi," ucapnya kepada Bisnis.com, Minggu (10/4/2016).

Peningkatan harga saham sektor pertambangan diperkirakan akan memasuki area distribusi koreksi. Untungnya, dia belum melihat akan terjadi pelemahan yang dalam pada saham-saham sektor pertambangan seperti yang terjadi dalam lima tahun terakhir.

Kendati demikian, Heldy belum dapat mengatakan harga komoditas mencapai level stabil. Hanya saja, kebijakan domestik dari pemerintah pada sektor pertambangan diharapkan dapat mendorong gerak saham sejumlah emiten.

Sementara itu, saham sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan, yang selama lima tahun terakhir menanjak tertinggi diprediksi belum mampu menjadi jawara kembali. Dorongan sektor itu akan datang dari subsektor konstruksi yang memiliki hubungan erat dengan rencana digenjotnya proyek infrastruktur oleh pemerintah.

Sedikit kekhawatiran dari sektor properti adalah belum bisa dipastikannya kenaikan pertumbuhan ekonomi dapat mendorong Indeks keyakinan konsumen (IKK) dan lonjakan daya beli masyarakat. Penjualan mobil pada sektor riil saja, katanya, relatif masih rendah, yang menggambarkan tingkat daya beli belum pulih.

Tahun ini, emiten properti baru akan mengalami perbaikan pada perolehan pra-penjualan. Akan tetapi, pendapatan dan laba emiten properti diproyeksi baru akan pulih pada 2017 seiring dengan dampak pemangkasan BI Rate.

Dari tiga besar sektor yang mengalami lonjakan year-to-date, Heldy memerkirakan saham-saham consumer goods bakal stabil meningkat. Minimal, saham-saham Indeks LQ-45 seperti PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), PT Gudang Garam Tbk. (GGRM), dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP), bakal terus melaju.

"Yang lain bisa diperhatikan, sektor farmasi seperti KLBF dan KAEF. Pengaruhnya dari kurs yang optimis pada kisaran Rp13.500 per dolar AS hingga-Rp13.800 per dolar AS. Kisaran kurs ini sejalan dengan ekspektasi pemerintah," katanya.

Adapun, dia optimistis IHSG akan menembus level 5.000 pada paruh pertama tahun ini. Harapan yang dapat diandalkan adalah sektor perkebunan yang baru merangkak naik 6,45% y-t-d.

Begitu pula dengan saham sektor perbankan yang dinilai dapat menjadi pertimbangan investor. Ketika kondisi ekonomi membaik, saham sektor perbankan akan melonjak terlebih dahulu, terlebih tiga bulan setelah pemangkasan BI Rate.

Pekan ini, Heldy memerkirakan IHSG bakal masuk ke dalam fase koreksi tertahan di level 4.780-4.800. Saham-saham lapis kedua diproyeksi bakal menggerakkan IHSG pekan ini dan saham perbankan bakal menjadi katalis penguatan setelah pekan lalu tertekan.

"Likuiditas investor asing masih stabil. Karena kalau diperhatikan, investor global masih relatif volatilitas tinggi, Indonesia masih menjadi safe heaven," tegasnya.

Lanjar Nafi, analis PT Reliance Securities Tbk., menilai pekan ini akan ada sentimen tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi China, dan indeks harga produksi di China dengan ekspektasi cukup positif.

"Dari dalam negeri akan ada tingkat penjualan eceran dan neraca perdagangan di tengah pekan," tuturnya.

Secara teknikal, IHSG akan terkonsolidasi melemah. Pekan ini, diperkirakan IHSG akan kembali bergerak tertekan mencoba menutup gap dengan range pergerakan 4.786-4.865.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper