Bisnis.com, JAKARTA- Bank Indonesia mengungkapkan transaksi lindung nilai (hedging) oleh perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencapai US$1,85 miliar pada 2015 atau meningkat sekitar 237% dibandingkan tahun sebelumnya di US$0,55 miliar.
BUMN yang menggunakan hedging instrumen antara lain Pertamina, PLN, GIAA dan SMGR.
Transaksi hedging oleh BUMN maupun swasta dilakukan sejalan dengan masih cukup tingginya potensi pelemahan nilai tukar rupiah, akibat dari gejolak perekonomian global.
Di sisi lain, peningkatan transaksi hedging juga diharapkan dapat menekan current account deficit (CAD) yang pada 2015 mencapai US$17,76 miliar (-2,06% PDB).
“Saat ini Bank Indonesia juga menerbitkan ketentuan tentang Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Non-Bank. Sektor dengan exposure tinggi terhadap nilai tukar antara lain, retailers, pakan ternak, petrokimia dan industri dasar,” tulis HP Analytics dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (29/3/2016).