Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Kembali ke US$30 per Barel. Dampak Stok AS Hanya Sementara

Harga minyak kembali menguat dengan diperdagangkan di atas US$30 per barel setelah diperdagangkan melemah pagi tadi usai adanya rilis data stok Amerika Serikat.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kembali menguat dengan diperdagangkan di atas US$30 per barel setelah diperdagangkan melemah pagi tadi usai adanya rilis data stok Amerika Serikat.

Dampak adanya data stok minyak mentah di Amerika Serikat ternyata tidak mempengaruhi harga minyak cukup lama. Siang ini, pukul 14.02 WIB, minyak WTI menguat 1,89% ke US$30,20 per barel pada perdagangan, Senin (22/2/2016).

Adapun Brent, pukul 14.22 WIB menguat 1,33% ke US$33,45 per barel dengan penutupan di pekan lalu anjlok 3,7% di harga US$33,01 per barel.

Sebelumnya, Bob Yawger dari Mizuho Securities mengatakan kepada Bloomberg bahwa hal  ini merupakan dampak yang tertunda dari rilis data stok AS.

“Saat ini ada dorongan berlawanan terhadap harga minyak. Aksi investor yang mengantisipasi pemangkasan produksi oleh Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan mereka yang cenderung bearish karena data stok,” katanya.

Badan Informasi Energi AS (EIA) menyatakan stok minyak mentah AS naik 2,15 juta barel menjadi 504,1 juta barel per pekan lalu atau stok paling melimpah dalam 86 tahun terakhir.

Kenaikan tersebut dipicu oleh impor yang melonjak 11%, kenaikan paling tajam sejak April 2015.

Menteri Energi dan Minyak Nigeria Emmanuel Kachikwu mengatakan akan mempertahankan output minyak Nigeria di level 2,2 juta barel per hari pada Februari atau sama dengan level produksi Januari.

Langkah negara produsen minyak mentah terbesar di Afrika tersebut merupakan suatu dukungan terhadap kesepakatan di Doha pekan lalu antara Arab Saudi, Rusia, Venezuela dan Qatar untuk menyepakati menahan volume produksi minyak.

“Saat ini Nigeria bahkan tidak mengekspor minyak mendekati kuota yang diberikan OPEC. Negara-negara seperti Iran dan Irak yang telah lama absen dari pasar seharusnya tidak dipaksa membekukan produksi di level sekarang, tetapi di level yang lebih tinggi,” kata Kachikwu.

Kachikwu mengatakan dirinya bersama Presiden Nigeria Muhammadu Buhari akan bertemu Raja Saudi pada hari Selasa di Riyadh.

Seperti dikutip Bloomberg, mereka akan mendiskusikan upaya untuk menstabilkan harga minyak mentah.

"Nigeria akan terus melihat kemungkinan peningkatan produksi, tidak menjualnya, karena kita memiliki konsumsi lokal yang sangat penting bagi kami setidaknya 500.000 barel minyak per hari," kata Kachikwu.

Dia menambahkan ada kemungkinan bahwa OPEC akan menggelar pertemuan darurat sebelum jadwal pertemuan reguler berikutnya pada Juni.

"Dari pada fokus pada pertemuan darurat, kita perlu bicara lagi. Karena jika Anda mengadakan pertemuan ketika Anda tidak setuju pada sebagian besar solusi, itu tidak akan menjadi produktif dan juga akan mempengaruhi harga minyak," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Atiqa Hanum
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper