Bisnis.com, MALANG—Sukuk ritel (Sukri) 2016 diminati investor asal Malang karena dinilai lebih menguntungkan dari indikasi kupon yang didapatkan jauh di atas suku bunga acuan.
Seperti di BNI Malang, kata Pemimpin Cabangnya, Ahmad Indra, pemesanan sudah mencapai sekitar Rp15 miliar, meski masa penawaran belum dibuka. Rencananya masa penawaran baru dilakukan 19 Februari-4 Maret 2016.
“Investor tertarik membeli Sukri karena kupon indikasinya cukup tinggi, yakni di kisaran 9%,” ujarnya di Malang, Rabu (10/2/2016).
Dengan kupon sebesar itu, maka sangat kompetitif bila dibandingkan suku bunga acuan yang di angka 7,5%. Di sisi lain, berinvestasi di Sukri tidak ada risiko. Tidak mungkin dana pokok maupun kupon tidak dibayar pemerintah.
Jika pemerintah tidak mampu membayar, berarti kondisi sudah benar-benar berat sehingga semua sektor akan terkena dampaknya.
Dana yang yang diinvestasi Sukri juga likuid. Hal itu terjadi karena investor akan mudah mendapatkan dana ketika menjual Sukri di pasar sekunder setelah dibuka di bursa efek. Karena alasan itulah, maka investor di Malang menyukai untuk berinvestasi di Sukri.
Target penjualan Sukri di Malang, dia tegaskan, dipatok Rp75 miliar. Namun dia memprediksikan permintaan bisa tembus di angka Rp100 miliar karena tingginya peminat.
Untuk amannya, maka pelayanan penjualan terutama untuk pemesan Sukri ketika sampai di angka Rp75 miliar. Namun jika permintaan bertambah, BNI akan mencatat sebagai daftar tunggu.
Jika ternyata BNI mendapatkan tambahan jatah penjualan Sukri 2016 dari pemerintah, maka permintaan tambahan di luar Rp75 miliar akan dapat dipenuhi. “Untuk permintaan yang sebesar Rp75 miliar, pasti akan kebagian jatah Sukri,” ujarnya.