Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Senin (1/2/2016) akan memonitor besaran inflasi yang akan dirilis Badan Pusat Statistik siang ini.
“Inflasi yang naik akan sedikit memberikan dampak negatif terhadap aset berdenominasi rupiah tetapi tidak akan mengurangi harapan pemangkasan BI rate lanjutan.
Dikemukakan rupiah menguat tajam bersamaan dengan imbal hasil SUN 10 tahun yang turun ke 8,2% pada penutupan perdagangan Jumat, menyusul naiknya harga minyak.
Dolar lemah serta terjadi penurunan imbal hasil terlihat merata di pasar global, hal ini menandakan dominasi faktor eksternal.
Sementara itu, ujarnya, harga minyak yang terus membaik diperkirakan masih akan memberikan dukungan penguatan terhadap rupiah.
Pasar uang juga menyoroti kebijakan bank sentral Jepang (BoJ)
“Walaupun tidak menambah jumlah program pembelian aset, BoJ memangkas suku bunga acuan 20 bps menjadi -0,1%, untuk memacu inflasi mendekati target yang 2% YoY,” kata Rangga.
Hal itu, tambahnya, mendorong yen melemah tajam 2,1% tetapi justru membuat mata uang lain di Asia menguat secara merata terhadap dolar. Harga minyak yang naik tajam mungkin juga jadi penyebab.
“Kekhawatiran terhadap currency war belum terlihat sampai saat ini di Asia,” kata Rangga.
Sementara itu, ujarnya, walaupun dolar menguat akibat pelemahan yen, pertumbuhan PDB AS di kuartal IV/2015 direvisi turun signifikan menjadi 0,7% YoY.
“Pagi ini ditunggu indeks manufaktur Tiongkok dan Jepang. Di malam hari ISM manufacturing AS diperkirakan naik tipis,” kata Rangga.