Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMPLEMENTASI MEA: Kepemilikan Asing di Pasar Modal Berpeluang Meningkat

Kepemilikan asing dalam struktur pemegang saham publik emiten yang terdaftar di bursa efek Indonesia berpeluang meningkat dengan resmi diberlakukannya Asean Economic Community (AEC) atau masyarakat ekonomi Asean.
Ilustrasi/Antara- Puspa Perwitasari
Ilustrasi/Antara- Puspa Perwitasari

Bisnis.com, PADANG - Kepemilikan asing dalam struktur pemegang saham publik emiten yang terdaftar di bursa efek Indonesia berpeluang meningkat dengan resmi diberlakukannya  Asean Economic Community (AEC) atau masyarakat ekonomi Asean.

Kepala PT Bursa Efek Indonesia (BEI) cabang Padang Reza Sadat Shahmeini menyebutkan keterbukaan kawasan berpotensi meningkatkan investasi asing di pasar modal.

“Asing, terutama yang dari kawasan Asean akan mempelajari pasar Indonesia. Komposisi saham publik di pasar modal akan berpeluang dibeli asing dan meningkatkan kepemilikan asing,” katanya, Kamis (28/1/2016).

Menurutnya, posisi itu menguntungkan karena daya tarik pasar modal akan semakin tinggi. Namun di sisi lain, juga berisiko jika terjadi arus modal keluar secara bersamaan atau outflow investor asing akibat gejolak dalam negeri.

Dia mengharapkan kepemilikan domestik bisa menguasai saham publik di bursa efek atau setidaknya sebanding dengan kepemilikan asing.

Saat ini, porsi asing dalam komposisi saham publik di pasar modal Indonesia mencapai 63,79%, atau terus meningkat dari tahun 2011 yang hanya berkisar 58%. Sedangkan kepemilikan domestik hanya 36,21%.

Reza mengatakan langkah BEI adalah memperluas kampanye “Yuk Nabung Saham” dengan menyasar perguruan tinggi, instansi pemerintahan, dan perusahaan-perusahaan daerah.

Adapun, tahun ini BEI cabang Padang menargetkan tambahan investor mencapai 5.180 orang atau meningkat empat kali lipat dari target tahun sebelumnya yang hanya 1.731 orang. Tahun lalu realisasi investor baru mencapai 2.337 investor.

Reza menargetkan rerata transaksi saham di daerah itu naik tiga kali lipat atau berkisar Rp180 miliar per hari.

Sementara itu, tahun lalu rerata transaksi mencapai Rp62,39 miliar per hari atau berkisar Rp1,31 triliun per bulan, dengan rerata pertumbuhan 30% per tahun.

“Kami targetkan transaksi naik tiga kali lipat dari tahun lalu. Karena target pertumbuhan investor saham juga tinggi,” ujarnya.

Dia mengungkapkan sepanjang tahun lalu, transaksi investor saham asal Sumbar merupakan yang tertinggi nomor tujuh di Tanah Air, setelah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah, dan Sumatra Utara.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Heri Faisal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper