Bisnis.com, JAKARTA— Harga minyak mentah yang terpuruk 6,7% di Amerika Serikat memaksa perusahaan-perusahaan tambang merevisi rencana belanja modal hanya beberapa pekan memasuki 2016.
Kontrak berjangka minyak WTI untuk Februari 2016 ditutup anjlok 6,71% ke harga US$26,55 per barel pada penutupan perdagangan Rabu atau Kamis pagi WIB.
Brent melemah 3,06% ke harga US$27,88 per barel.
Sentimen negatif terus mengguyur perdagangan kontrak minyak mentah di bursa komoditas pada 2016. Badan Energi Internasional (IAEA) kemarin meramalkan pasar akan tenggelam oleh kelebihan suplai akibat permintaan yang melemah di tengah kenaikan produksi yang dipicu oleh pencabutan sanksi atas minyak Iran.
Proyeksi harga minyak akan bertahan murah dalam jangka waktu panjang mendorong perusahaan-perusahaan migas memangkas anggaran belanja.
Perusahaan migas besar dari benua Amerika seperti Husky Energy dan Whitecap Resources, dan Vermilion Energy kembali mengurangi anggaran belanja 2016. Ketiganya mencoret rencana pengeluaran sekitar US648 juta dari anggaran 2016.
Bloomberg memperkirakan stok minyak di AS akan naik 2,5 juta barel per pekan lalu menjadi 485,1 juta barel. Puncak stok minyak AS sejak 1930 ada pada 490,9 juta barel yang dicapai pada April. Persediaan minyak di Cushing, titik pengiriman WTI dan hub penyimpanan minyak mentah terbesar di AS, telah memuncak di 64 juta barel pada 8 Januari.
Badan Energi AS memperkirakan stok bensin dan solar naik pada pekan lalu. Harga bensin di pasar komoditas jatuh 0,8% ke US$1,0177 per galon, sedangkan solar turun 4,7% ke US$0,8657 per galon atau harga paling rendah sejak April 2004.