Bisnis.com, JAKARTA— Indeks dolar Amerika Serikat menguat pada penutupan perdagangan Rabu atau Kamis pagi WIB melemah, setelah tiga hari eprdagangan sebelumnya terus menguat.
Pada perdagangan Rabu (13/1/2016), indeks dolar Amerika Serikat ditutup melemah 0,04% ke 98,933.
Dolar bergerak melemah tipis antara lain tertekan oleh penguatan kurs negara pengekspor komoditas.
Pelebaran surplus perdagangan China, negara pengimpor bahan baku terbesar, menjadi US$60 miliar pada Desember memicu apresiasi nilai tukar negara-negara ekspor komoditas.
Rand Afrika Selatan dan krona Norwegia menguat lebih dari 1% terhadap dolar AS setelah rilis data yang jauh di atas estimasi ekonom tersebut. Penguatan juga terjadi pada pembukaan perdagangan dolar Australia dan dolar Selandia Baru.
Sentimen lain yang bisa berpengaruh pada pergerakan dolar AS adalah potensi penurunan target kenaikan suku bunga The Fed seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi AS yang lebih pesimistis.
Presiden Boston Fed, Eric Rosengren mengatakan proyeksi pertumbuhan AS merosot dan bisa mendorong The Fed menyesuaikan target penaikan suku bunga. Charles Evans, Presiden Chicago Fed, mengatakan mendukung laju kenaikan Fed Fund Rate yang lebih landai.
Posisi indeks dolar AS
13 Januari
| 98,933 (-0,04%) |
12 Januari | 98,974 (+0,25%) |
11 Januari | 98,725 (+0,19%) |
Sumber: US Dollar Index Spot Rate, 2016