Bisnis.com, MEDAN— Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara pesimistis volume ekspor karet akan membaik pada tahun depan. Adapun, Sekretaris Gapkindo Sumut Edy Irwansyah memperkirakan, penurunan volume ekspor akan hampir sama dengan kinerja sepanjang tahun ini.
Hingga akhir tahun ini, Gapkindo Sumut memprediksikan penurunan volume ekspor karet akan mencapai year on year 4% dari 450.000 ton pada tahun lalu menjadi hanya 423.000 ton.
Edy menyebutkan, pesimisme tersebut dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, permintaan dari negara-negara utama tujuan ekspor karet Sumut belum akan membaik karena pertumbuhan ekonomi yang diprediksi masih stagnan.
“Wajar kami pesimis pada tahun depan. Kami melihat forecast pertumbuhan ekonomi dunia berkisar 3,5%. Sumut masih bergantung pada tiga konsumen utama yakni Amerika Serikat, Jepang dan Tiongkok. Yang akan masih kurang baik perekonomiannya Amerika dan Tiongkok. Ada perbaikan tapi tidak signifikan,” papar Edy, Rabu (23/12).
Faktor kedua, lanjut Edy adalah penurunan produksi karet lokal. Gapkindo Sumut memperkirakan, sepanjang tahun ini, penurunan produksi juga mencapai 4% dari total 465.000 ton pada 2014 menjadi hanya 446.000.
Penurunan produksi tersebut terutama akibat harga karet di pasar dunia yang cenderung terus merosot. Edy merinci, penurunan tersebut terjadi sejak 2011. Padahal pada Februari 2011, pernah mencapai harga tertinggi yakni US$5,57 per kg. Adapun, pada November 2015, rerata harga karet per kg hanya mencapai US$1,17.
“Ini harga terburuk dan tidak wajar. Akibatnya, banyak lahan perkebunan karet Sumut yang dialihkan. Sumut ini kan 70% perkebunan karet rakyat. Harga turun, mereka tidak lagi tertarik mengusahakannya, jadi ditebang. Tahun ini sangat berat,” tambah Edy.
Dia merinci, saat ini beberapa sentra produksi karet seperti Langkat sudah mengalami penurunan luas lahan perkebunan karet.
Edy mengatakan, proyeksi penurunan kinerja ekspor dan produksi karet Sumut tersebut bisa tertolong jika penyerapan domestik meningkat. Adapun, Gapkindo Sumut mencatat pada Januari-November 2015, penyerapan karet di dalam negeri juga menurun 7,29% dari 14.597 ton pada tahun lalu menjadi 13.533,38 ton.
“Kami juga masih menunggu pemerintah untuk mengeluarkan inpres [instruksi presiden] terkait dengan peningkatan penyerapan karet di pasar domestik.”