Bisnis.com, JAKARTA -- Harga surat utang negara diperkirakan masih bergerak terbatas dan berpeluang melemah pada Kamis, (19/11/2015).
I Made Adi Saputra, analis fixed income MNC Securities, mengatakan tren pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir akan membatasi penaikan harga yang terjadi di pasar sekunder.
Selain itu, defisit APBN 2015 yang membengkak seiring dengan penerimaan pajak yang di bawah target akan mendorong pemerintah untuk menerbitkan surat utang negara (SUN) guna menutup defisit APBN 2015.
Menurut Made, hal itu akan menambah pasokan SUN hingga akhir 2015, yang akan turut mempengaruhi pergerakan harga SUN di pasar sekunder. Adanya pasokan di pasar perdana akan membatasi kenaikan harga SUN di pasar sekunder yang sebelumnya sempat naik seiring dengan telah terlampauinya target penerbitan Durat Berharga Negara (SBN) pada 2015. Namun, dengan meningkatnya defisit, diperkirakan penerbitan SBN masih dilakukan pemerintah hingga akhir 2015.
Sementara, notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) menyatakan Dewan Gubernur Bank Sentral AS tidak siap untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan pada pertemuan Oktober lalu dan kondisi tersebut akan dipenuhi pada Desember 2015.
Namun, data sektor tenaga kerja yang belum membaik data inflasi masih di bawah target Bank Sentral AS sebesar 2%.
Secara teknikal, harga SUN masih di area konsolidasi. Meski pada perdagangan kemarin naik, belum mengubah indikator teknikal menuju tren penaikan harga. Dengan kondisi tersebut maka dalam jangka pendek harga SUN masih akan bergerak terbatas dengan kecenderungan arah pergerakan yang mendatar.
"Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga SUN dengan strategi trading jangka pendek memanfaatkan tren penaikan harga yang terjadi di pasar sekunder," kata Made, Kamis, (19/11/2015).
Dia melihat beberapa seri SUN menawarkan imbal hasil yang relatif lebih menarik dibandingkan dengan seri lainnya, seperti FR0058, FR0064, dan FR0065.