Bisnis.com, JAKARTA - Imbal hasil surat utang negara yang kian tinggi dan sudah menyentuh 9% membuat kalangan fund manager secara aktif mengoleksi surat utang negara.
Data Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan menunjukkan kepemilikan reksa dana pada surat utang negara (SUN) per 7 September 2015 sudah mencapai Rp59,62 triliun.
Bila dibandingkan dengan pencapaian per akhir Juni 2015 yang sekitar Rp56,28 triliun, artinya ada penambahan sekitar Rp3,34 triliun selama 2 bulan terakhir.
Bahkan, apabila dibandingkan dengan pencapaian pengujung tahun lalu yang senilai Rp45,79, ini sudah meningkat hingga Rp13,83 triliun. Pasar saham yang tengah bergejolak beberapa bulan belakangan ini, membuat tidak sedikit MI yang beralih ke obligasi, terutama obligasi negara.
Ditambah, imbal hasil SUN yang terus merangkak naik juga membuat SUN semakin menarik di mata fund manager.
Edbert Suryajaya, Senior Investment Analyst PT Infovesta Utama mengatakan ada sejumlah alasan yang membuat fund manager mengoleksi SUN. Pertama, fund manager melihat ada kenaikan yield SUN yang cukup tinggi belakangan ini sehingga SUN cukup menarik untuk dikoleksi.
“Saya belum punya data apakah yield jadi faktor utama, tapi saya pikir yield memang cukup memberikan pengaruh,” kata Edbert saat dihubungi Bisnis, Rabu (9/9/2015).
Meski demikian, masuknya reksa dana ke SUN juga tergantung pada permintaan investor. Bila, permintaan investor tidak banyak, maka fund manager juga tidak bisa mengoleksi SUN begitu saja. “Harus ada demand juga,” tambahnya.
Alasan kedua adalah lantaran bergejolaknya pasar saham ini sehingga tidak sedikit juga investor yang melakukan peralihan investasi. Meski volatilitas juga terjadi di pasar obligasi, volatilitasnya tidak setinggi di pasar saham.
“Biasanya, produk reksa dana pendapatan tetap itu punya spesialisasi sendiri. Biasanya yang mengoleksi SUN itu memang fund manager yang meracik portofolio obligasinya pada SUN, bukan korporasi.”
Hanif Mantiq, Senior Fund Manager PT BNI Asset Management (BNI AM) mengatakan harga SUN yang kian murah dan yieldyang menarik harus dimanfaatkan. BNI AM saat ini memiliki strategi untuk memperpanjang durasi dengan memindahkan obligasi korporasi ke SUN jangka panjang.
Adapun, SUN dinilai lebih menarik dibandingkan dengan obligasi korporasi juga karena SUN lebih likuid. “Kami pindahkan ke SUN jangka panjang, terutama seri baru FR0072 dan FR0073. Di SUN ada potensi capital gain. Kalau yieldturun 100 basis bisa capital gain 7%,” terang Hanif kepada Bisnis, belum lama ini.
Berdasarkan data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA) yield SUN tenor 10 tahun pada 9 September 2015 mencatatkan yield sebessar 9,20% naik dari hari sebelumnya yang 9,18%. “Ini sangat menarik, Februari lalu yield sempat di kisaran 7%,” tambah Hanif.