Bisnis.com, JAKARTA— Ketidakpastian waktu penaikan Fed Fund Rate menekan rupiah ke atas Rp14.200/US$ dan membuat IHSG anjlok pada sesi I Senin (7/9/2015);
IHSG tergelincir 2,16% atau turun 95,57 poin ke level 4.319,77 pada jeda siang. Indeks terus tertekan pada kisaran 4.318,99—4.398,01 sepanjang sesi I.
Data tenaga kerja Amerika Serikat yang dirilis Jumat membuat waktu penaikan suku bunga acuan Amerika Serikat semakin tidak pasti.
Sektor non-pertanian AS menyerap 173.000 tenaga kerja pada Agustus, di bawah estimasi penambahan 217.000 tenaga kerja. Namun, penurunan tingkat pengangguran AS dari 5,3% menjadi 5,1% menandakan ekonomi terbesar dunia tersebut memasuki full employment.
“Itu timbulkan kemungkinan The Fed belum naikkan bunga, itu menimbulkan ketidak pastian. (Pasar) itu (yang) paling penting, kepastian,” kata Purwoko Sartono, Analis Riset Panin Sekuritas kepada bisnis.com.
Rasa bimbang mendorong investor menarik dana dari aset yang dinilai berisiko terhadap gejolak nilai tukar. Rupiah telah merosot 0,56% ke Rp14.252/US$ pada pukul 12:15 WIB, sedangkan won telah melemah 0,92% dan ringgit terdepresiasi 1,23%.
Pasar hari ini juga menanti rilis cadangan devisa dari Bank Indonesia. "BI mengatakan level saat ini cukup aman tetapi jika turun drastis kenyamanan investor asing akan terganggu," kata Rangga Cipta, ekonom dari Samuel Sekuritas.
Sebanyak 48 saham menguat, 200 saham melemah, dan 270 saham stagnan stagnan dari 518 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Tiga saham jatuh lebih dari 10 poin, yaitu PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Unilever Indoensia Tbk (UNVR).
Indeks sektor aneka industri anjlok 4,47% di saat seluruh indeks sektoral IHSG bergerak di zona merah.
Indeks Bisnis27 telah jatuh 2,89% ke level 358,48 pada jeda siang setelah pagi tadi dibuka turun 0,56% ke level 367,07.