Bisnis.com, JAKARTA— Di tengah pasar saham yang sedang berfluktuaktif, pasar obligasi justru dinilai semakin menarik. Yield yang terus meningkat membuat kalangan manajer investasi memilih mengumpulkan surat utang negara.
Data Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan menunjukkan kepemilikan reksa dana pada surat utang negara (SUN) per 28 Agustus 2015 sudah mencapai Rp59,08 triliun. Bila dibandingkan dengan pencapaian per akhir Mei 2015 yang sekitar Rp54,40 miliar, artinya ada penambahan sekitar Rp4,68 triliun selama tiga bulan terakhir.
Bahkan, apabila dibandingkan dengan pencapaian pengujung tahun lalu yang senilai Rp45,79, ini sudah meningkat hingga Rp13,29 triliun. Pasar saham yang tengah bergejolak beberapa bulan belakangan ini, membuat tidak sedikit MI yang beralih ke obligasi, terutama obligasi negara.
Hanif Mantiq, Senior Fund Manager PT BNI Asset Management (BNI AM) mengatakan harga SUN yang kian murah dan yield yang menarik harus dimanfaatkan. BNI AM saat ini memiliki strategi untuk memperpanjang durasi dengan memindahkan obligasi korporasi ke SUN jangka panjang.
Adapun, SUN dinilai lebih menarik dibandingkan dengan obligasi korporasi juga karena SUN lebih likuid. “Kami pindahkan ke SUN jangka panjang, terutama seri baru FR0072 dan FR0073. Di SUN ada potensi capital gain. Kalau yield turun 100 basis bisa capital gain 7%,” terang Hanif kepada Bisnis, Senin (31/8).
Berdasarkan data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA) yield SUN tenor 10 tahun mencatatkan yield 8,95%. “Ini sangat menarik, Februari lalu yield sempat di kisaran 7%,” tambah Hanif.
Berdasarkan data Infovesta Utama, kinerja reksa dana pendapatan tetap hingga tahun berjalan ini terbilang stabil dan masih mencatatkan kinerja positif. Sepanjang tahun berjalan ini (year to date/ytd Juli 2015), reksa dana pendapatan tetap mencatatkan return 1,53%.
Chief Investment Officer PT Eastpring Investment Indonesia Ari Pitojo mengatakan dibandingkan dengan saham, pasar obligasi lebih menarik pada tahun ini. Volatilitas di pasar obligasi masih lebih aman dibandingkan dengan saham.
“Kalau bicara strategi, kami suka obligasi dan prefer ke sana. Kami percaya obligasi akan improve, apalagi yield obligasi saat ini sangat menarik. Kalau dibandingkan dengan saham, liat saja laba perusahaan yang -11% pada semester I ini, itu tidak akan jauh beda dengan kinerja saham hingga akhir tahun,” jelasnya.
Pada periode Juni-Agustus ini, kepemilikan asing di SUN juga meningkat. Per 28 Agustus porsi asing di SUN mencapai Rp526,58 triliun, sedangkan pada akhir Mei lalu tercatat Rp514,49 triliun.