Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ANAK USAHA BUMN: WTON Terpuruk, PPRO Melesat

Dua anak usaha BUMN yang telah melantai di pasar modal membukukan kinerja berkebalikan. PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) harus terpuruk dan sebaliknya PT PP Properti Tbk. (PPRO) melesat.
PT Wijaya Karya Tbk/bumn.go,id
PT Wijaya Karya Tbk/bumn.go,id

Bisnis.com, JAKARTA--Dua anak usaha BUMN yang telah melantai di pasar modal membukukan kinerja berkebalikan. PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) harus terpuruk dan sebaliknya PT PP Properti Tbk. (PPRO) melesat.

PP Properti yang baru saja melantai di pasar modal membukukan kinerja cemerlang dengan meraup laba bersih Rp142,9 miliar pada paruh pertama tahun ini atau meroket 827% dari tahun sebelumnya Rp15,4 miliar.

Direktur Utama PT PP Properti Tbk. Taufik Hidayat mengatakan dirinya optimistis sepanjang tahun ini laba bersih yang dikantongi perseroan dapat meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu.

"Target kami laba bersih naik tiga kali lipat atau lebih dari 200% dari tahun lalu," ungkapnya kepada Bisnis.com, Jumat (21/8/2015).

Dia mengatakan, kinerja perseroan pada kedua tahun ini masih akan disokong oleh penjualan divisi realti yang menjadi andalan emiten berkode saham PPRO itu. Sejumlah proyek yang menjadi unggulan antara lain Grand Kamala Lagoon Bekasi, Grand Sungkono Lagoon Surabaya, dan apartemen di Gunung Putri Bogor.

Tower pertama dari masing-masing proyek itu telah ludes terjual pada paruh pertama tahun ini. Ditargetkan, tower kedua dari masing-masing proyek tersebut bakal dilego pada semester kedua tahun ini.

Anak usaha PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. tersebut menyiapkan belanja modal (capital expenditure/Capex) pada tahun ini sebesar Rp600 miliar-Rp700 miliar. Hingga paruh pertama, manajemen PP Properti telah menggunakan dana Capex sebesar 50% dari total anggaran.

Meroketnya laba bersih anak badan usaha milik negara (BUMN) PTPP itu akibat melesatnya penjualan dan pendapatan usaha. Pendapatan PPRO melonjak 498% menjadi Rp700,83 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp117,09 miliar.

Lonjakan pendapatan paling besar terjadi pada penjualan divisi realti menjadi Rp668,78 miliar. Perolehan itu melesat 766% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp77,15 miliar.

Pada saat yang sama, beban pokok penjualan perseroan juga melesat 464% menjadi Rp490,2 miliar dari Rp86,81 miliar. Peningkatan beban terbesar terjadi pada divisi realti yang mencapai 731% menjadi Rp459,16 miliar dari Rp55,24 miliar.

Untuk itu, laba kotor yang dikantongi PP Properti melonjak 595% menjadi Rp210,6 miliar dari Rp30,28 miliar. Laba usaha yang diraup PPRO mencapai Rp188,08 miliar dari Rp21,89 miliar.

Laba sebelum pajak yang diraih mencapai Rp177,24 miliar dari Rp18,9 miliar. Laba periode berjalan Rp142,9 miliar dari Rp15,4 miliar dan laba per saham dasar Rp13,27 dari sebelumnya Rp1,69.

Pada kondisi sebaliknya, kinerja PT Wijaya Karya Beton Tbk. justru terjungkal. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk emiten berkode saham WTON tersebut merosot 68,9% menjadi Rp53,5 miliar dari Rp172,4 miliar.

Merosotnya laba bersih anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. itu terjadi akibat turunnya pendapatan perseroan. Pendapatan WTON melorot 46,8% menjadi Rp891,27 miliar pada paruh pertama tahun ini dari sebelumnya Rp1,67 triliun.

Kendati demikian, manajemen Wika Beton mampu menekan beban pokok penjualan menjadi Rp776,65 miliar dari sebelumnya Rp1,42 triliun. Sehingga, laba kotor tergerus menjadi Rp114,51 miliar dari sebelumnya Rp257,43 miliar.

Analis PT Valbury Asia Securities Reni Susanti menilai lambatnya realisasi proyek infrastruktur pemerintah mempengaruhi realisasi kontrak baru WTON dan menjadi alasan penurunan kinerja perseroan.

Kontrak baru yang dikantongi WTON mencapai Rp1,35 triliun pada semester I/2015 atau 34,5% dari total target perseroan sebesar Rp4 triliun. "Dan 34,5% dari proyeksi kami," ujarnya dalam riset belum lama ini.

Hingga Juni 2015, anak usaha WIKA itu mengantongi order book sebesar Rp2,2 triliun atau 44% dari total target perseroan. Namun, perolehan itu baru 44,8% dari estimasi Valbury Asia Securities.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper