Bisnis.com, JAKARTA--Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan rilis data pertumbuhan ekonomi dan kinerja keuangan emiten kuartal II yang kurang memuaskan membuat emiten cenderung berhati-hati pada kuartal III hingga akhir tahun. Dia mencontohkan, sejumlah bisnis emiten banyak yang mengalami penurunan omset, terutama omset makanan yang turun drastis.
Kemudian, salah satu emiten semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Tbk) yang juga berniat melakukan efisiensi pada kapasitas produksinya. “Artinya, dengan penurunan omset dan efisiensi yang dilakukan emiten itu kapasitas berlebih, penyerapan kurang, mereka bisa jadi menahan ekspansi sementara,” kata Hans saat dihubungi Bisnis, Kamis (6/8).
Menurutnya, sebagian besar laba korporasi emiten dengan kapitalisasi besar menorehkan kinerja yang tidak sesuai dengan ekspetasi pasar. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari bunga yang tinggi, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, impor komponen yang tinggi, dan sebagainya.
“Impor tinggi, nilai tukar sedang lemah, banyak perusahaan yang terhantam. Emiten lebih menunjukkan kehati-hatian ke depan dalam memutar bisnis mereka. Pengusaha menahan ekspansi saat kurs tinggi wajar, kalau bahan baku impor, cost of fund akan tinggi sekali,” tambahnya.
Menurutnya, emiten dengan utang berdenominasi dollar AS tinggi juga dipastikan menahan ekspansinya. “Mereka lebih banyak menghadapi masalah,” kata Hans.
Dia memprediksi, emiten mulai ekspansi lagi setelah data pertumbuhan ekonomi kuartal III dirilis dan sesuai dengan ekspetasi mereka. Melihat pertumbuhan ekonomi kuartal II yang mencapai 4,67%, Hans berharap itu sudah mencapai bottom atau titik terendah untuk saat ini hingga akan naik pada kuartal III. Untuk bisa menaikkan pertumbuhan ekonomi, belanja infrastruktur pemerintah harus direalisasikan.
“Diharapkan belanja infrastruktur yang sekitar Rp300 triliun dari APBN bisa dilakukan dengan maksimal. Pertumbuhan ekonomi itu sekitar 18% dikontribusi oleh belanja pemerintah, kemudian konsumsi 56% belanja infrastruktur lancar, bisa improve, apalagi kalau ditambah bunga turun pada September.”
Adapun, emiten yang diperkirakan masih bisa tumbuh hingga akhir tahun dan berpeluang untuk ekspansi ada sektor konstruksi dan konsumer. Menurutnya, sektor konsumer memang mengalami perlambatan, tapi perlambatan sales paling tidak sekitar 10%. “Konsumer kan defensif. Kalau konstruksi, karena proyek infrastruktur berpeluang jalan nanti,” lanjutnya.
Sementara, untuk emiten yang masih akan belum naik hingga akhir tahun seperti emiten di sektor otomotif dan spare part, emiten batu bara, serta emiten dengan utang dollar AS tinggi.