Bisnis.com, JAKARTA— Sebanyak 23 emiten yang tergabung dalam Indeks Bisnis 27 masih mencatatkan laba bersih pada semester I/2015, meskipun tidak secerah tahun lalu. Analis memprediksi kinerja akan membaik pada semester II/2015.
Berdasarkan laporan keuangan masing-masing emiten yang Bisnis olah, sepanjang Januari-Juni 2015 rerata pendapatan 23 emiten dalam indeks Bisnis 27 tumbuh hanya 2,80% dan rerata laba bersih terkoreksi 9,59%.
Sebanyak 23 emiten telah mengumumkan laporan keuangan, sementara empat emiten lainnya belum merilis kinerja. Keempat emiten tersebut adalah PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) dan PT Perusahaan Gas Negara Persero Tbk. (PGAS).
Dari 23 emiten, seluruhnya membukukan laba bersih dengan total Rp70,78 triliun pada periode Januari-Juni 2015, sedangkan pada 2014 tercatat Rp78,28 triliun. Artinya, ada penurunan laba bersih sekitar 9,59% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada 2014 dibandingkan dengan 2013, pertumbuhan laba bersih emiten dalam indeks Bisnis 27 mencapai 15,23%.
PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) berhasil menduduki posisi jawara dengan lonjakan pertumbuhan laba bersih paling tinggi mencapai 60,99% menjadi Rp605,24 miliar pada semester I/2015 dibandingkan dengan periode yang sama sebelumnya Rp375,96 miliar. Sementara, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) membukukan penurunan laba bersih paling tajam dengan penurunan 67,54% menjadi Rp444,43 miliar dari sebelumnya mencapai Rp1,36 triliun.
Pada periode yang sama, total pendapatan 23 emiten tersebut mencapai Rp468,93 triliun. Perolehan itu hanya naik 2,80% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp456,17 triliun.
PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan tertinggi hingga 37,79% menjadi Rp3,36 triliun pada semester I/2015 dari sebelumnya yang Rp2,44 triliun. Adapun AALI juga menduduki posisi paling buncit dengan penurunan pendapatan tertinggi, yakni 9,72% menjadi Rp7,22 triliun dari sebelumnya Rp8 triliun.
Hans Kwee, Direktur PT Investa Saran Mandiri mengatakan saham-saham yang tergabung dalam indeks Bisnis 27 mayoritas memiliki fundamental yang cukup bagus. Namun, pada semester I/2015 memang sebagian besar mengalami penurunan kinerja. Hal ini disebabkan oleh perlambatan ekonomi dalam negeri yang merupakan dampak dari perlambatan ekonomi global.
“Sebagian besar karena kurs, ini memukul mereka. Sebagian lagi terpukul karena bunga, ada juga karena bahan baku mereka,” kata Hans saat dihubungi Bisnis, Selasa (4/8).
Pada semester II/2015, Hans memprediksi suku bunga akan tetap relatif tinggi seperti saat ini seiring tipisnya peluang Bank Indonesia menurunkan BI Rate. Selain itu, beban bunga juga masih akan menjadi masalah bagi sejumlah emiten.
Namun, katanya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diprediksi akan mencapai titik tertingginya dalam waktu dekat. Diperkirakan, rupiah paling tidak akan terdepresiasi maksimal hingga Rp14.000. Hal ini dinilai oleh sebagian emiten sebagai sentimen yang baik lantaran pelemahan akan mulai terbatas.
“Ditambah pemerintah sudah terlihat akan menggenjot proyek infrastruktur pada semester II ini, diharapkan pertumbuhan ekonomi akan lebih baik. Memang belum begitu bagus, tapi akan ada perbaikan pada kinerja emiten, khususnya dalam indeks Bisnis 27 pada semester II,” jelasnya.
Menurutnya, pada semester I/2015, kinerja emiten sangat terpukul pada perlambatan ekonomi seiring belum terelisasinya proyek pemerintah. Pada periode itu, anggaran pemerintah belum banyak terserap.
“Kinerja emiten konsumsi dan ritel masih akan bertahan dan membantu menopang. Emiten konstruksi juga harusnya membaik karena proyek pemerintah masuk. Perbankan juga akan membaik, meski agak khawatir dengan NPL, pertumbuhan kredit diprediksi meningkat.”
Dia berharap, pemerintah bisa komitmen merealisasikan belanja dan investasi di semester II agar kinerja emiten turut meningkat.