Bisnis.com, JAKARTA--Meskipun investor disarankan wait and see saat ini lantaran pasar saham yang tak menentu, investor masih bisa tetap berinvestasi dengan selektif buying dan memilih saham-saham tertentu.
Reza Priyambada, Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia mengatakan di tengah kondisi pasar saham saat ini, investor lebih baik wait and see dahulu. Menurutnya, pasar saham saat ini hampir tidak bagus untuk seluruh sektor sehingga ada baiknya investor menunggu pasar saham mereda.
“Sebaiknya memang menunggu sambil mencermati beberapa saham. Investor harus lebih selektif, sekarang tidak bisa dilihat per sektor,” kata Reza kepada Bisnis.com, Minggu (14/6/2015).
Dia menilai, bila investor tetap ingin berinvestasi di pasar saham saat ini, akan lebih baik masuk ke saham-saham lapis dua. Menurutnya, untuk saham big cap itu sangat bergantung pada perekonomian ekonomi. Sementara itu, kondisi makro ekonomi saat ini belum membaik sehingga investor lebih baik masuk ke saham lapis dua.
“Kalau makro ekonomi membaik, saham yang melejit terlebih dahulu itu saham bigcap. Namun, sampai saat ini, belum ada tanda-tanda positif pertumbuhan ekonomi. Saham infrastruktur dan industri dasar yang diharapkan tumbuh, tidak sesuai ekspetasi,” jelasnya.
Adapun, saham-saham yang masih bisa menjadi pilihan saat ini adalah saham perbankan. Namun, tidak semua saham di sektor perbankan bisa dipilih. Dia merekomendasikan saham Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) dan Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN).
Kemudian, di sektor lain ada saham PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA), PT Sri Rezeki Isman Tbk. (SRIL), dan PT Hanson International Tbk. (MYRX). “Memang harus dilihat perusahaannya, tidak bisa per sektor.”
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan untuk investor jangka pendek 3 bulan-6 bulan memang lebih baik menahan diri dahulu saat ini. Sementara, untuk investor dengan minimal investasi 1 tahun, tidak ada salahnya untuk tetap berinvestasi di tengah kondisi pasar saham saat ini.
Namun, investor harus lebih selektif lagi dalam memilih saham. Dia menilai, saham di infrastruktur memang melambat saat ini. Namun ke depan, saham-saham tersebut sangat menjanjikan sehingga tidak ada salahnya menjadi pilihan investor jangka panjang. Dia merekomendasikan saham WIKA, PTPP dan BTON.
Selain itu, memasuki bulan puasa, dia menilai saham-saham consumer dan ritel layak menjadi pilihan. “Saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA), Indofood (ICBP), masih cukup menarik. Sementara untuk ritel, saham Ramayana dan Matahari bisa dipertimbangkan,” jelasnya.
Sebenarnya, meski saham perbankan tengah tidak bagus, ada beberapa saham perbankan yang masih layak menjadi pilihan. “Di sektor perbankan hanya ada sentimen jangka pendek, itu akan mereda. Saham Mandiri, BRI dan BNI cukup layak.”
Sementara itu, untuk sektor properti, Hans tidak merekomendasikannya. Menurutnya, saham-saham properti akan bergerak lambat dalam waktu yang tidak sebentar. Begitu juga dengan saham Semen. “Diperkirakan pertumbuhan penjualan semen hanya 1%,” tambahnya.
Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan kondisi saham ke depan memang masih belum bagus. Investor masih wait and see perkembangan ekonomi bulan puasa dan angka pertumbuhan ekonomi kuartal II yang rilisnya baru dikeluarkan pertengahan bulan depan.
Sejauh ini, katanya, bila berbicara ke depan dan melihat angka pertumbuhan ekonomi, investor lebih baik masuk ke saham perbankan, consumer, dan ritel.
“Kami masih belum lihat bottom IHSG dimana, kondisi regional juga harus dilihat karena ada kekhawatiran regional bakal kurang baik ke depan,” kata Satrio.
Meski merekomendasikan, dia meminta investor tetap waspada pada saham perbankan, terutama perbankan BUMN. Hal ini karena adanya isu Jusuf Kalla yang meminta perbankan menurunkan bunga KUR. “Kalau ada penurunan drastis, maka saham perbankan terutama BUMN akan terkoreksi dalam. Namun, setidaknya BCA masih biharapkan. Untuk BUMN, BRI dan BNI bisa.”
Adapaun, untuk saham konsumer, saham Indofood, Unilever, dan AKR Corporindo masih menarik.