Bisnis.com, JAKARTA -- Tren penurunan IHSG dinilai berlangsung hanya sementara. Pada perdagangan Senin, (8/6/2015), indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup turun 1,67% ke posisi 5.014,99. Sejak awal tahun ini hingga Senin IHSG sudah meluncur 221,96 poin.
Andreas Yasakasih, Director of Investment PT Valbury Asia Asset Management, menilai kondisi memerahnya pasar saham saat ini bersifat sementara. Pemicunya, rencana penaikan suku bunga acuan AS yang kemungkinan besar terjadi pada September tahun ini. Keluarnya dana investor asing dari pasar saham Indonesia disebabkan kekhawatiran investor terhadap rencana tersebut, ditambah lagi perkiraan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2015 yang melambat.
Rontoknya rupiah hingga ke posisi Rp13.360 per dolar AS kemarin berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia kian membuat investor asing khawatir prediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II ini jalan di tempat. Ditambah lagi belum jalannya proyek infrastruktur yang digadang pemerintah sejak akhir tahun lalu.
"Kondisi sekarang memang mengkhawatirkan, tapi tidak bisa disebut krisis layaknya pasar saham saat 1997-1998. Secara jangka pendek, bursa Indonesia dan bursa negara lain pasti terkena efek dari rencana penaikan Fed funds rate. Namun, jangka panjang kondisi bakal membaik," tutur Andreas kepada Bisnis, Senin, (8/6/2015).
Menurutnya, kondisi ekonomi saat ini merupakan kondisi konsolidasi sebagai imbas dari terbentuknya pemerintahan baru yang belum genap satu tahun. Artinya, pemerintah butuh waktu untuk beradaptasi dan mencoba memperbaiki kondisi ekonomi.
Andreas menilai bila isu Fed funds rate berkurang dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II membaik, investor asing bakal masuk lagi ke pasar saham Indonesia.
"Saat ini prospek pertumbuhan ekonomi berpusat di Asia, Indonesia salah satunya. Kita bisa memberikan return tinggi ke investor. Jadi, satu hari nanti bila sentimen negatif tersingkir, investor asing pasti kembali masuk ke pasar kita," ujarnya.