Bisnis.com, JAKARTA— Yield obligasi pemerintah terus meningkat sepanjang Juni ini, yang menyebabkan harga surat utang negara tertekan.
Besaran yield yang saat ini di atas 8,6% tertinggi sepanjang perdagangan tahun 2015. Sementara itu yield tertinggi dicapai pada 2014 yang menembus 9,17%. Yield terendah tercapai pada tahun 2012 yang bisa bertengger di angka 5,05%.
“Bisa saja terjadi yield kembali mencapai 9%,” kata Analis Infovesta Utama Praska Putrantyo saat dihubungi hari ini, Senin (8/6/2015).
Yield sebesar 9% bisa kembali ditembus jika kondisi sebagai berikut:
- Tidak ada tanda data makro ekonomi membaik
- Nilai tukar rupiah yang melemah
- Realisasi anggaran pemerintah
“Jika kemungkinan yield obligasi kembali ke angka 5% berat,” kata Praska.
Dengan kondisi yield yang terus membengkak angkanya, Praska mengatakan saatnya bagi pasar untu melakukan akumulasi obligasi.
“Jika yield mencapai 9,15% posisinya sangat menarik untuk mengakumulasi. Mengingat harganya sudah sangat murah,” kata Praska.
Praska mengemukakan prospek untuk melakukan akumulasi, dikaitkan dengan potensi pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.
“Bisa dilakukan baik untuk strategi jangka pendek dan jangka menegah,” kata Praska.
Pergerakan yield obligasi pemerintah (SUN) tenor 10 tahun
8 Juni | 8,660 | +2,11% |
5 Juni | 8,481 | +0,94% |
4 Juni | 8,402 | +2,78% |
3 Juni | 8,175 | +0,30% |
2 Juni | 8,150 | +0,20% |
1 Juni | 8,134 | +0,15% |
Sumber: Bloomberg, 2015