Bisnis.com, PALEMBANG - Perusahaan pupuk milik negara, PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) Palembang mencatatkan rugi kurs hingga Rp60 miliar selama periode Januari-Februari akibat depresiasi rupiah terhadap dolar AS.
Direktur Utama Pusri Musthofa mengatakan pengaruh depresiasi rupiah terhadap dolar cukup berdampak terhadap kinerja keuangan perseroan selama ini. Menurutnya, kebutuhan valas tersebut diperuntukkan untuk membeli gas alam.
“Berat memang. Kami terkena selisih kurs terus selama ini. Persoalannya begini, untuk menutup piutang dari pemerintah itu, kami harus utang, dan utang itu ada yang porsi dolar dan ada yang rupiah,” katanya, Kamis (9/4/2015).
Musthofa mengaku akibat rugi kurs tersebut, keuntungan perseroan kian terbebani. Untuk mengantisipasi itu, lanjutnya, perseroan terus melakukan efisiensi semaksimal mungkin, terutama di bagian produksi.
Ditanya mengenai imbauan pemerintah bagi BUMN untuk melakukan transaksi lindung nilai atau hedging, Musthofa mengaku perseroan tidak berencana menerapkan lindung nilai tahun ini. Pasalnya, payung hukum mengenai lindung nilai bagi BUMN belum jelas.
Selain terkait payung hukum, dia juga mengungkapkan kondisi untuk melakukan lindung nilai di Indonesia saat ini belum kondusif. Menurutnya, biaya untuk melakukan transaksi lindung nilai masih tergolong mahal.
“Kalau misalnya, payung hukumnya sudah jelas. Baru kami lihat ke pasar kondisinya itu seperti apa. Mana yang biayanya kecil. Tetapi, kalau masih mahal seperti saat ini, yah lebih baik tidak usah dilakukan,” tuturnya.
Seperti diketahui, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menilai rugi kurs yang dialami BUMN selama ini terus membebani APBN, dan tidak bermanfaat bagi masyarakat. Padahal, rugi kurs yang dialami BUMN selama ini cukup besar nilainya.
Anggota BPK Rizal Djalil sebelumnya menuturkan penerapan transaksi lindung nilai sangat penting untuk segera dilaksanakan, terutama oleh BUMN. Menurutnya, porsi BUMN dalam pembelian valuta asing (valas) di pasar valas domestik sangat dominan, yakni sekitar 30%.
Dia juga menambahkan transaksi lindung nilai juga bakal berdampak positif terhadap kestabilan nilai tukar rupiah, sekaligus melindungi BUMN dari kemungkinan kerugian kurs yang lebih besar apabila terjadi gejolak nilai tukar.